BERTUAHPOS.COM, TANAHDATAR -Â Sejak setahun terakhir harga karet merosot tajam. Kondisi itu membuat petani karet tidak berdaya dan cenderung kehilangan gairah.
Bahkan sebagian petani karet memilih mencari pekerjaan lain dan merantau kekota guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kondisi itu dirasakan masyarakat petani karet di Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanahdatar, Propinsi Sumatera Barat, di mana memilih mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Yas, salah seorang petani karet di Kotopanjang, Nagari Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo, memilih bekerja harian lepas di kebun orang.
“Motong karet tetap tapi dikurangi. Kalau biasanya sampai pukul 13.00 wib, sekarang hanya sampai pukul 8.30 wib sudah pulang dan bekerja mencari tambahan pendapatan dengan ngambil upah jadi buruh lepas,” sebut pria beristeri itu mengeluhkan murahnya harga karet.
Disampaikan pria yang sudah menekuni menjadi petani karet sejak 25 tahun silam itu, akibat murahnya harga karet membuat petani sedikit kurang gairah untuk kekebun menyadap karet.
Kondisi petani karet semakin menjerit disampaikan Yas, akibat getah karet dimusim panas berkurang drastis dan menyebabkan hasil produksi karet turun. Bila pohon karet mendapat pasokan air ketika hujan jumlah getahnya banyak.
“Sekarang ini memang benar-benar tidak menguntungkan petani karet. Disamping harganya murah, jumlah produksi karet dimusim kemarau sedikit. Biasanya dalam 6 hari motong karet bisa panen mencapai 80 kg, tetapi kini hanya 30-40 kg saja, lebih separoh susutnya,” ucap Yas.
Hal senada juga disampaikan Ipil, menurutnya, dengan harga karet Rp 5000-5500 perkilogram jelas tidak menguntungkan kepada petani karet.
Menurutnya, harga karet bisa dikatakan baik, berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu perkilogramnya. “Kalau sekarang jelas tidak berpihak kepada petani harga karet. Kami tidak tahu apa nasalahnya kok sampai harga karet begitu turun,” tanya pria berbadan tegap itu.
Beberapa waktu lalu sebut Ipil, petani karet sempat tersenyum kembali karena harga karet sedikit naik dari harga Rp 4000 sampai Rp 5000 naik menjadi Rp 6000 hingga Rp 7500.
“Kemarin sempat naik sebentar, kami petani sudah mulai senang, tetapi tidak lama kemudian anjlok kembali hinggi kini belum kunjung naik,” ceritanya saat berbincang-bincang dengan Bertuahpos,com.
Yas dan Ipil serta ribuan petani karet lainnya di Indonesia berharap agar harga karet dunia melonjak tajam sehingga harga karet ditingkat petani bisa bergairah kembali.
Dia juga meminta agar pemerintah daerah hingga pusat bisa menstabilkan kembali harga karet. Kemudian petani juga berharap agar pemerintah bisa mengurangi nilai infor bahan jadi terbuat dari karet untuk konsumsi dalam negeri. Namun, pemerintah bisa mengolah karet petani dalam negeri untuk suplay kebutuhan anak negeri.
Penulis: Khatik
Â