BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARU – Rendahnya daya beli masyarakat saat menjelang akhir tahun 2016 membuat sejumlah pedagang dan pasar di Riau khawatir. Diduga, pergerakan ekonomi Riau masih belum menunjukkan gerakan pemulihan sehingga daya beli masyarakat sangat lemah.
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono mengatakan, hal itu juga dipengaruhi oleh anjloknya dua sektor uanggulan Riau, yakni sawit dan Migas. Sehingga memberi dampak sangat besar terhadap daya beli masyarakat di Riau.
“Hingga saat ini pergerakan pertumbuhan ekonomi Riau juga masih sangat rendah. Yakni hanya 2 persen. Gerak pertumbuhannya masih sangat lambat karena pengaruh anjloknya dua sektor uanggulan itu,” ujarnya kepada bertuahpos.com, Selasa (27/09/2016).
Lesunya daya beli masyarakat diakui Ismet sejak awal juga sudah diakui oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah. Upaya yang bisa dilakukan saat ini hanya sebatas menunggu harga ke dua komoditi unggulan Riau itu bangkit kembali.
Dampak yang begitu terasa yakni disektor perdagangan dan pergerakan pasar pada sejumlah komoditi kebutuhan pokok rumah tangga. Kecenderungan konsumen akan memilih komoditas yang dianggap bisa bertahan lama. Kecenderungan seperti ini malah membuat pedagang lain mengalami imbasnya.
“Masyarakat akan berpindah komoditi seperti telur, atau komoditi lain yang sifatnya tahan lama dan murah. Sedangkan daging dan ayam potong, atau jenis komoditi serupa lainnya yang tidak tahan lama akan kurangi jumlah konsumsinya, atau malah ditinggalkan,” sambung Ismet.
Hingga saat ini, padagang dan pasar masih berharap adanya keajaiban perbaikan harga komoditi unggulan Riau, sawit dan Migas. Sebab lebih separuh dari masyarakat Riau menggantungkan ekonominya kepada komoditi ini.
Termasuk Pemerintah Provinsi Riau sendiri yang masih berharap banyak dari gelontoran dana bagi hasil asal Migas, untuk menutupi defisit anggaran daerah.
Penulis : Melba