BERTUAHPOS.COM — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mendesak para kepala daerah di wilayah hilirisasi nikel untuk bekerja keras mengatasi kemiskinan.
Dilansir dari Bloomberg Technoz, Kamis, 25 Juli 2024, kedua provinsi yang terlibat dalam aktivitas hilirisasi nikel, yakni Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, masih memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi meskipun mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2023.
“Pemerintah memiliki tugas untuk menekan kemiskinan ekstrem dan harus memiliki program pengurangan kemiskinan. Hal ini memerlukan kerja keras dari para bupati dan wali kota,” ujar Airlangga di Jakarta, Rabu malam, 24 Juli 2024.
Airlangga menekankan bahwa kepala daerah tidak boleh hanya mengandalkan investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Mereka juga harus mendorong kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar pembangunan lebih merata.
Ia menjelaskan bahwa smelter di wilayah hilirisasi nikel adalah industri padat teknologi, berbeda dengan industri garmen yang padat karya.
Lebih lanjut, Airlangga menyebut bahwa smelter tidak bisa ditransformasikan menjadi industri padat karya yang lebih banyak menyerap tenaga kerja.
Namun, industri garmen juga bisa padat teknologi dengan penggunaan robotik. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong produktivitas industri padat karya seperti pakaian, makanan, dan minuman.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Tengah dan Maluku Utara mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi pada 2023. Sulawesi Tengah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 11,91%, tertinggi di Pulau Sulawesi, sedangkan Maluku Utara mencapai 20,49%.
Namun, angka kemiskinan di Sulawesi Tengah hanya berkurang 1,2% dalam satu dekade, dengan 395.660 penduduk miskin saat ini. Di Maluku Utara, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 83.800 orang pada 2023 dibandingkan 83.200 orang pada 2013.
Ketimpangan ekonomi juga tetap tinggi. Rasio Gini di Maluku Utara hampir stagnan dari 0,315 pada 2013 menjadi 0,300 pada Maret 2023, meskipun sempat membaik pada 2022. Di Sulawesi Tengah, Rasio Gini membaik dari 0,410 pada 2013 menjadi 0,324 pada 2023, tetapi lebih buruk dibandingkan 2019 yang mencapai 0,304.***