BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Bukan cuma bentuknya yang unik dan sempurna. Gengsi dari seekor ikan louhan akan naik, jika diikutkan dalam sebuah kontes bergengsi—terlebih jika berhasil menarik perhatian penghobi—maka harganya bisa ditawar hingga puluhan juta rupiah.
“Sebuah kontes telah memberikan kontribusi yang besar dalam penawaran tertinggi untuk seekor ikan louhan. Pamornya naik, dan peminatnya akan semakin tinggi,” kata Satrio Sumarkos dari Markas Louhan Pekanbaru saat berbagi pengetahuan tentang ikan louhan kepada Bertuahpos.com, belum lama ini.
Faktanya, ikan louhan adalah salah satu ikan termahal di dunia. Flowerhorn (dalam bahasa Inggris) memiliki banyak keunikan dari kebanyakan ikan hias lainnya. Louhan adalah ikan akuarium dan cenderung menyukai suhu air yang agak hangat.
Ikan yang berhabitat di Indonesia dan Malaysia ini memiliki benjolan besar di bagian kepala. Bagian yang paling kuat menyedot daya tarik bagi penghobi. Mereka menyebutnya, ‘ikan pakai helm’.
Di Riau, khususnya Indonesia, demam ikan louhan terjadi pada tahun 2000-an. Kontes digelar di mana-mana, dengan jumlah peserta yang ikut, bahkan mencapai ribuan.
Namun ‘kegilaan’ terhadap louhan harus meredup karena pandemi Covid-19. Musibah ini, tak cuma membuat pamor ‘Sang Benjolan Kelam’ turun, tapi bisnisnya juga anjlok.
Beruntung, hal seperti itu tak berlangsung lama, karena karisma louhan punya daya pikat yang kuat. Pasca pandemi, para pecinta louhan mulai bertaring lagi dan turut menggerek kenaikan bisnis ikan itu, termasuk di Kota Pekanbaru.
“Dalam sebulan, saya bisa menjual hingga 100 ekor louhan. Kalau burayak harnya mulai dari Rp50 ribu. Ukuran yang terpajang di etalase mulai dari Rp300 ribu. Sekarang peminat dan daya beli penghobi sudah sangat membaik,” kata Bagindo Ridho, seorang pemilik toko Bagindo Louhan Pekanbaru, yang ditemui di kiosnya, di Jalan Mandala, Nomor 02, Tangkerang Tengah, Pekanbaru.
Bagindo sangat memahami louhan dari sisi bisnisnya. Namun, secara artistik, Satrio Sumarkos adalah ‘suhunya’, begitu gelar yang disematkan kepadanya. Sekitar tahun 2020, louhan peliharaannya diikutkan dalam sebuah kontes dan berhasil sabet juara 1. “Ikan louhan saya bahkan ditawar Rp10 juta, tapi tak saya jual,” katanya.
Louhan kesayangannya itu memiliki panjang kurang dari 30 centimeter, bobotnya sekitar setengah kiloan. Jenong di kepalanya sudah jadi, membulat dengan sempurna. Tubuhnya dipenuhi sisik bermotif batik, perpaduan merah dan silver, membuatnya terkesan sangat mewah.
Ikan ini, kini berusia sekitar 1 setengah tahun. Namun sayang pada bagian ‘berharganya’ (jenong) sudah lecet dan sempat mengempis. Kata Sumarkos, saat dipindah ke akuarium baru, emosinya tengah tak stabil. Dia seringkali menyundul dinding-dinding kaca akuarium, hingga kepalanya bocor dan mengeluarkan lendir, lalu mengempis.
Dalam kunjungan Bertuahpos.com kala itu, benjolan kepalanya sudah kembali membesar, namun bentuknya tak lagi bulat sempurna. “Di Pekanbaru ada banyak pecinta louhan, sehingga dari sisi bisnis juga sangat menjanjikan,” tuturnya.
Beberapa kali kontes louhan di Pekanbaru digelar, bahkan mendatangkan para juri dari Ibu Kota di bawah naungan Perhimpunan Pecinta Louhan Indonesia (P2LI).
“Saat kontes kami langsungkan, itu bukan hanya dari Pekanbaru yang ikut, tapi dari luar daerah juga. Bahkan dari Jambi, Batam, Medan juga ikutan. Ini rencana November atau Desember 2023 kami juga melaksanakan kontes,” sebut Satrio.
Louhan ini kerap dianggap sebagai lambang kekayaan dan kemakmuran. Di Pekanbaru biasanya masyarakat memelihara Louhan jenis SRD, Golden Monkey atau Kemalau, SRD, Louhan Bonsai, Cencu (Zhen Zhu), dan Kamfa atau “Chinghwa.
Menurutnya, kontes menjadi ajang kompetisi dan kompetensi tersendiri bagi ikan louhan yang diikutkan. Kesempurnaan bentuk dan warna pada tubuhnya menjadi indikator penting ikan ini bakal ditawar dengan harga tertinggi.***