SEBAGAI perusahaan yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) tentu akan selalu diawasi dalam setiap aktivitas perusahaannya, terutama hal-hal terkait Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau.
Tentu tak sama dengan upaya yang dilakukan pemerintah, komitmen RAPP dalam Zero Fire, merumuskan strategi-strategi tersendiri. Bagaimanapun, korporasi harus menjaga lahan mereka dari serangan api.
“Perusahaan pada dasarnya paling takut dan paling waspada apalagi terhadap isu dan tudingan membuka lahan dengan cara membakar. Cara itu jelas bikin rugi,” kata SHR Manager RAPP, Wijatmoko Rah Trisno.
Dia mengatakan, khusus RAPP, sama takutnya seperti pemerintah. Jika lahan terbakar, bukan hanya kegiatan operasional yang terganggu, tapi ada banyak hal lain muncul dan harus diselesaikan.
Oleh sebab itu, kata dia, jika pemerintah menganggap Karhutla bikin banyak masyarakat merugi, sama halnya dengan perusahaan.
Saat ini, kata Wijatmoko, RAPP menyiagakan sebanyak 2.275 personil pemadam Karhutla yang terdiri dari 1.155 personil inti, 640 personil cadangan, 480 personil MPA.
Tim ini juga berpatroli secara reguler baik melalui darat, udara maupun air bekerjasama dengan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan Desa.
APRIL menginvestasikan sebesar 9 juta dollar AS untuk perlengkapan dan peralatan pemadam kebakaran hutan dan lahan.
“Saat ini sebanyak 39 menara pantau dan CCTV dipasang di area konsesi untuk memantau wilayah selama 24 jam melalui Pusat Komando Karhutla atau Fire Command Center (FCC) di Pangkalan Kerinci,” paparnya.
Sementara untuk pencegahan, diketahui APRIL memiliki program Desa Bebas Api (Fire Free Village Program/ FFVP) yang telah berlangsung sejak tahun 2015 lalu.
Direktur PT RAPP Mulia Nauli mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki komitmen yang tinggi terhadap Karhutla. Berbagai program penanganan karhutla sudah dijalankan perusahaan dan akan terus dipertahankan ke depannya.
Sejalan dengan itu, Gubernur Riau Syamsuar terus mendorong pihak swasta, seperti halnya RAPP, terus melakukan peran aktif dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran hutan dan lahan terutama yang berada di sekitar area mereka.
“Selama ini pihak perusahaan sudah banyak membantu dalam mengatasi karhutla. Terutama di daerah-daerah yang ada di sekitar wilayah kerja mereka,” kata Gubri
Dalam mengatasi karhutla tidak hanya bisa dilakukan pemerintah saja. Namun juga perlu dukungan pihak swasta dalam hal ini perusahaan, dikatakan pemerintah juga memiliki keterbatasan.
“Pihak perusahaan selama ini sudah banyak membantu, mulai dari personel dan peralatan. Yang paling diperlukan saat ini adalah helikopter, meskipun ada bantuan dari BNPB tapi kalau karhutlanya luas perlu bantuan dari perusahaan juga,” ujarnya.***