Covid-19 tak pernah memandang siapa yang lalai atau siapa yang taat pada protokol kesehatan. Sikap selalu disipin bukan cuma untuk menyelamatkan diri sendiri dari, tapi juga untuk orang yang mengurus kita saat kita sakit.
***
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Ucapan syukur tak henti – hentinya terucap dari bibir Rizwan setelah dia melihat hasil swab PCR milinya negatif, setelah 14 hari sebelumnya dia menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit pemerintah karena positif Covid-19.
Rizwan adalah seorang wirausaha. Usianya yang hampir setengah abad, membuat imun tubuhnya tak sekuat anak muda. Lagi pula, dia punya penyakit penyerta asam lambung yang selalu membuatnya was – was jika terpapar Covid-19.
“Saya termasuk orang yang taat protokol kesehatan. Faktanya, orang seperti saya pun bisa terpapar Covid-19. Nggak tahu dari mana. Tapi saya bersyukur masih diberi Allah kesempatan kedua untuk hidup,” tuturnya saat bercerita dengan bertuahpos.com, Sabtu, 28 Agustus 2021 di Pekanbaru.
Warga yang berdomisili di kawasan Sukajadi Pekanbaru itu mengisahkan bagaimana awal mula dia terpapar Covid-19, meskipun dia tidak begitu yakin dari mana sumber pastinya virus itu masuk ke dalam tubuhnya.
Sekitar Juli 2021, Rizwan memesan tiket bus dari Palembang ke Pekanbaru untuk keberangkatan malam. Saat itu, awal – awal angka lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, terutama di Jakarta dan Bali.
Malam itu, Rizwan sudah mempersiapkan segala sesuatu, terutama stok masker dan hand sanitizer. Singkat cerita, bus yang dia tumpangi bertolak membelah malam membelah jalur lintas sumatera.
“Selama perjalanan saya sangat jaga jarak. Sebisa mungkin meminimalisir kontak dengan orang – orang. Bahkan untuk makan saja, sengaja bawa bekal agar tidak keluar dari bus,” tuturnya.
Namun, saat tiba di Jambi, dia beranjak dari tempat duduknya untuk sekedar menghirup udara luar. Rizwan pun menyempatkan diri mampir di sebuah warung di pinggir jalan yang jaraknya sekitar 50 meter dari pemberhentian bus yang ditumpanginya.
“Memang di warung itu lagi ramai orang berkerumun. Saya beli minum, lalu duduk sebentar. Akhirnya buka masker karena saya ingin minum. Sudah pengap juga, saya tidak langsung mengenakan masker, hanya nyangkut di dagu. Setelah itu berlari ke bus karena sudah mau berangkat,” tuturnya.
Tanpa sadar, sudah setengah jam lebih masker Rizwan tergantung di dagu. Saat dia sadar, masker itu langsung dikenakan kembali. “Waktu itu juga nggak terpikir sama sekali akan terpapar,” tuturnya.
Tanpa rasa cemas, dia pun kembali melanjutkan perjalanan. Bus yang dia tumpangi terus melaju di Jalan Lintas Timur, menuju Riau. Rizwan tertidur dan terbangun saat menjelang magrib.
Saat bagun dari tidur itu, dia merasakan sakit pada bagian kepala belakang. “Wah, ini pasti masuk angin,” tuturnya. Karena merasa butuh istirahat, dia kembali melanjutkan tidur.
Sekitar tengah malam, Rizwan terbangun karena perutnya terasa sangat lapar. “Pas bangun tubuh saya sudah meriang hebat. Setiap persendian sangat nyeri,” ucapnya.
Dia mulai khawatir dengan kondisi tubuhnya itu. Saat bus kembali berhenti untuk istirahat, Rizwa menyempatkan beli obat demam dan beberapa butir vitamin dan langsung mengkonsumsinya. Setelah mengganjal perut, dia kembali melanjutkan tidur di dalam bus.
Masih di malam yang sama, saat terbangun tubuhnya mulai enakan. Namun tenggorokannya terasa sangat nyeri. Pikirannya masih belum mengarah pada Covid-19 karena Rizwan masih yakin kalau sakit yang dialaminya karena masuk angin dan kelelahan selama di perjalanan.
“Jadi selama di perjalanannya, ya seperti itu, panas, nanti reda. Panas lagi. Tulang – tulang saya rasanya sangat sakit. Tenggorokan juga sakit,” ujarnya berkisah.
Singkat cerita, sampailah dia di Pekanbaru. Setelah tiba di rumah, kondisi fisiknya kembali fit, dengan kata lain tak ada tanda – tanda mengarah pada Covid-19.
Namun, sehari setelah itu tubuhnya kembali drop dengan panas tinggi. “Beberapa kali saya juga vetigo,” ungkapnya. Karena kain cemas dengan kondisi sang Suami, Aina, istri Rizwan menawarkan suaminya ke rumah sakit untuk diperiksa.
“Saya juga nggak nyangka kalau kena Covid-19. Saya pikir kalau sakit demam biasanya, lalu dibawa ke rumah sakit paling obat dan antibiotik kan,” jelansya.
Namun, rumah sakit yang mereka datangi menyarankan kepada Rizwan agar dilakukan swab antigen. Sambil menunggu hasil keluar, dia pun ditangani oleh perawat terhadap keluhan – keluhan pada tubuhnya.
Sejam kemudian, seorang petugas medis di rumah sakit itu menghampirinya dan mengatakan hasil swab antigen riswan reaktif. Dia lalu dilarikan ke rumah sakit rujukan Covid-19 di Pekanbaru untuk di swab. Dan hasilnya positif.
“Pelajaran yang dapat saya ambil, orang yang disiplin pada prokes saja bisa kena. Bagaimana dengan Anda yang selalu lalai. Apa yang saya alami mungkin sudah menjadi jalan-Nya,” ucapnya.
Di akhir perbincangan, Rizwan juga mengungkapkan bahwa istrinya juga positif Covid-19, namun hanya menjalani isolasi mandiri di rumah karena tidak bergejala.
“Saya menyarankan sebisa mungkin Anda bisa mencegahnya. Bukan untuk kita, tapi untuk keselamatan orang – orang di sekitar kita, orang – orang yang mungkin juga akan terpapar Covid-19 saat mereka mengurus kita yang sakit,” tuturnya.
(bpc2/melba)