BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), Jupendri menilai pindah partai politik seperti yang dilakukan mantan Gubernur Riau, Anas Maamum merupakan hal yang biasa di perpolitikan Indonesia.
Tak seperti di luar negeri, kata, Jupendri, partai politik di Indonesia belumlah menjadi ideologi bagi kadernya.
Dikatakan dia, partai politik baru menjadi kendaraan untuk untuk memperoleh kekuasaan, ataupun memperoleh akses ke kekuasaan.
“Fenomena perpindahan partai politik itu di Indonesia, khususnya kita di Riau, itu biasa. Menunjukkan partai itu belum berfungsi sepenuhnya sebagai ideologis, tetapi baru sebatas kendaraan politik,” kata Jupendri kepasa bertuahpos.com, Selasa 29 Juni 2021.
Dilanjutkan Jupendri, kepindahan Anas Maamum dari Golkar ke Nasdem juga belum tentu mempengaruhi pemilih untuk kedua partai, baik Golkar ataupun Nasdem.
Dijelaskan dia, pada pemilu di tahun 2024 nanti, akan lebih dominan pemilih muda. Menurut dia, ada jarak yang lebar antara ketokohan Anas Maamum dengan pemilih muda di Riau.
“Segmen pemilih pemula ini belum tentu mengenal ketokohan Anas Maamum,” kata dia.
Akan tetapi, lanjut dia, bagi Nasdem Riau, bergabungnya Anas Maamum merupakan tambahan amunisi. Terutama, bagi pemilih dewasa yang sudah mengenal ketokohan Anas Maamum.
“Tentu ada ketokohan Anas ada pengaruhnya. Besaran pengaruhnya, tentu harus diuji atau dibuktikan di pemilu 2024 nanti,” tambahnya.
“Dua hal, ketokohan Anas memang berpengaruh. Tapi apakah di 2024 segmen pemilih pemula mengenal Anas Maamum? Ini yang menarik,” tutup Jupendri. (bpc4)