BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bangsa barat bertarung mempertaruhkan nyawa demi memonopoli rempah dari Maluku.
Rempah sendiri, menurut Guru Besar Sejarah Universitas Andalas, Profesor Gusti Asnan, rempah adalah tumbuhan tropis yang kulit, bunga, akar, dan bijinya mengeluarkan rasa dan aroma yang kuat.
Rempah, kata Gusti Asnan, oleh dunia diperlukan sebagai penyegar nafas, pengobatan, dan makanan. Rempah telah menjadi lambang kemakmuran di Eropa, Arab, dan Cina.
Maka tak heran, Belanda dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) begitu gigih ingin menguasai Indonesia sebagai penghasil rempah.
Usaha VOC tak sia-sia. Sukses menguasai Indonesia dan memonopoli rempah, VOC bertransformasi menjadi perusahaan terbesar dan terkaya di dunia, bahkan jika dihitung pada zaman modern.
Saking kaya dan besarnya, VOC walau hanya sebuah serikat dagang mendapatkan hak istimewa dari Pemerintah Belanda. Mereka diberi hak mengumumkan perang, mengadakan perjanjian, dan bahkan mencetak mata uang sendiri.
Dikutip dari bisnis.com, pada tahun 1669, VOC mempunyai lebih dari 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, 10.000 tentara, dan deviden 40 persen.
Nilai perusahaan VOC sendiri adalah sebesar US$ 7,9 triliun. Ini berarti, VOC jauh lebih besar dari Apple yang hanya bernilai US$ 940 miliar, atau Google yang bernilai US$ 300 miliar (per Desember 2019). Yang patut dicatat, VOC hanya berdagang rempah dan hasil alam dari Indonesia.
Meskipun super kaya, namun pada akhirnya VOC hancur, yang salah satu penyebabnya adalah kecurangan dan korupsi.
Disisi lain, VOC harus menghadapi perang melawan kerajaan yang ada di Indonesia, seperti Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya.
Akhirnya, pada 31 Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dengan utang sebesar 136,7 juta gulden. Sementara aset yang ditinggalkan adalah gudang, kantor, kapal, dan daerah jajahan yang luas. (bpc4)