BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Saat perang Uhud, panji perang kaum Quraisy dipegang oleh Bani Abdi Dar. Dalam tradisi, pemegang panji perang dan mempertahankannya akan mendapatkan kehormatan.
Rasulullah SAW yang melihat panji perang kaum Quraisy, bertanya kepada para sahabat, “Siapakah pembawa panji Quraisy?” Sahabat menjawab Bani Abdi Dar.
Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW kemudian memanggil Mush’ab ibn Umair, dan menyerahkan panji kaum muslimin untuk dipegang dan dijaga Mush’ab.
Siapakah Mush’ab ibn Umair? Ternyata dia adalah keluarga Bani Abdi Dar, keluarga pemegang panji perang kaum Quraisy. Umair memeluk Islam dan ikut hijrah ke Madinah bersama muhajirin lainnya.
Pernah suatu ketika, Mush’ab membuat Rasulullah SAW menangis. Sebabnya, Mush’ab muncul dengan keadaan yang menyedihkan, pakaiannya juga kasar.
Padahal, saat masih bersama keluarganya di Makkah, Mush’ab selalu mengenakan pakaian mahal, dan selalu tampak gagah. Dia juga merupakan seorang pemuda populer yang digandrungi gadis-gadis di Makkah.
Kembali ke Perang Uhud, pasukan muslimin sedang terdesak. Pasukan pemanah di Bukit Rumat meninggalkan posnya, sehingga Khalid ibn Walid segera menyerbu dan memporakporandakan pasukan muslim.
Mush’ab berada di dekat Rasulullah SAW ditengah situasi genting, sambil tetap memegang panji kaum muslim. Mush’ab berhadapan dengan Ibn Qami’ah.
Mush’ab bertahan dari Ibn Qami’ah yang menyerangnya dengan ganas. Malang, tangan kanannya putus dipenggal Qami’ah. Mush’ab kemudian bangkit, dan memegang panji kaum muslim dengan tangan kirinya.
Ibn Qami’ah kembali menyerang dan memenggal tangan kirinya. Mush’ab kembali bangkit, dan memegang panji kaum muslim dengan kedua pangkal lengannya.
Ibn Qami’ah terus menyerang Mush’ab. Kali ini, ditusukannya tombaknya sehingga membuat Mush’ab tersungkur, dengan tetap memeluk panji kaum muslimin. Maka, syahidlah Mush’ab.
Ketika perang usai, Rasulullah SAW mendapatkan jenazah Mush’ab. Maka, bercucurlah air mata Rasulullah, sambil berkata:
“Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah,”. (bpc2)
Disadur dari buku Abdul Hamid Jaudah al-Sahhar, dengan judul: Perang Uhud, Kisah Pertempuran Sarat Pelajaran Hidup yang Tak Terlupakan