BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Rencana pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan terus mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya di Pekanbaru. Sebagian besar dari mereka menyatakan keberatan. Ada juga setuju, bahkan pertanyakan apakah keluhan mereka bisa didengar Presiden.
Bertuahpos.com mewawancarai 10 warga penerima manfaat BPJS kesehatan mandiri. Mereka ini aktif membayar iuran tiap bulannya. Apa komentar mereka terhadap rencana pemerintah menaikkan nilai iuran BPJS Kesehatan? simak pernyataannya berikut ini:
“Nggak setuju saya. Dari pada harus bayar iuran BPJS Kesehatan beratus-ratus ribu, lebih baik saya tabung, saya investasikan untuk jaminan kesehatan saya dan keluarga. Masyarakat terbantu dengan BPJS karena memang iurannya murah dan sangat terjangkau. Itu saja masih banyak warga yang belum mendaftar BPJS Kesehatan.”
RIKI ARIYANTO
Warga yang berdomisili di Jalan Suka Karya, Panam, Pekanbaru
“Iuran BPJS Kesehatan naik, sama saja beban masyarakat semakin besar. Saya tak setuju dengan kebijakan pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan. BPJS dikelola oleh orang-orang profesional, seharunya mereka juga profesional terhadap kondisi yang saat ini dialami oleh lembaga penjamin sosial itu.”
MUHAMMAD IQBAL
Warga yang berdomisili di Jalan Garuda Sakti, Panam, Pekanbaru.
“Saya sudah diskusikan dengan suami, jika memang pemerintah jadi menaikkan Iuran BPJS Kesehatan, maka kami akan mengatur kembali keuangan keluarga. Itu harus, karena suami saya tidak berpenghasilan besar. Kami sekeluarga sudah terdaftar di BPJS dan rutin membayar iuran BPJS kelas III.”
ROHANI
Warga yang berdomisili di Inhil, Riau.
“Kita orang bawahan seperti ini sudah capek mengeluh. Mungkinkah keluhan kami ini didengar Pak Presiden. Itu saja komentar saya.”
MUHAMMAD
Warga yang berdomisili di Sail, Pekanbaru
“Iuran BPJS Kesehatan naik, sementara jual beli sedikit, gimana bisa nutup kebutuhan. Pemerintah seharusnya lebih fokus pada upaya peningkatan perekonomian masyarakat. Di tengah ekonomi yang serba lesu, naiknya iuran BPJS diyakini akan sangat memberatkan bagi dia dan kluarga.”Â
KHAIRUL
Seorang pedagang barang pecah belah di Pasar Bawah, Pekanbaru.
“Beban kebutuhan keluarga dalam kurun waktu dua tahun belakangan meningkat. Anak masuk sekolah, cicilan rumah harus dibayar. Kalau pedagang barang harian seperti saya ini tahu sendiri lah kan. Iuran BPJS naik. Saya di rumah ini menanggung empat kepala untuk bayar BPJS.”
RIDWAN
Pedagang di Sukajadi, Pekanbaru.
“Soal defisit itu karena sistem pengelolaan yang dipakai. Salah pemerintah, dan salah BPJS. Kenapa masyarakat yang dibebankan untuk mengatasi masalah itu. Negara punya tanggung jawab untuk melindungi masyarakat. Artinya masyarkat punya hak untuk menuntut itu.”
NOVA
Warga yang berdomisili di Sail, Pekanbaru.
“Kami takut kalau sewaktu-waktu ada musibah, maka kami berharap kepada BPJS Kesehatan. Satu sisi memberatkan dengan nainya iuran, tapi kalau itu diikuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan, saya pikir kebijakan pemerintah imbang dengan apa yang akan didapatkan masyarakat.”
ROZA
Warga yang berdomisili di Marpoyan, Pekanbaru.
“Saya pensiunan guru. Sementara harus lima kepala yang saya tanggung untuk bayar BPJS Kesehatan setiap bulannya. Menimbang-nimbang, sangat terbebani bagi saya jika memang iuran BPJS naik, apalagi untuk seorang pensiunan seperti saya. Semua keluarga saya pakai fasilitas BPJS Kesehatan kelas II. Berharap, janganlah dinaikkan.”
ASTAH TISAR
Warga yang berdomisili di Jalan Rajawali Sakti, Panam, Pekanbaru.
“Istri saya sudah tiga bulan belakangan ini harus cuci darah karena diabetesnya merusak ginjal. Semuanya saya pakai BPJS Kesehatan. Jarak dari tempat tinggal ke rumah sakit sangat jauh. Sekali cuci darah minimal uang keluar Rp500 ribu. Karena di sini aksesnya lewat laut. Mendengar iuran BPJS Kesehatan naik, lemas saya. Entahlah, saya tak bisa komentar banyak. Semoga pemerintah memperhatikan kami di bawah sini.”
TARMIZI
Warga yang berdomisili di Inhil, Riau.
(bpc3)