BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Harimau itu mahluk yang sensitif. Beberapa waktu belakangan di Plangiran Inhil konflik antara harimau dan manusia tengah berlangsung. Beberapa korban meninggal karena diserang kucing besar itu. Bahlan BKSDA Riau belum bisa meredam konflik ini, meski mereka turun dan berusaha menjinakkan harimau Sumatera itu.
Seorang Peneliti Indonesia di kampus Virginia Tech, Virginia, Amerika Serikat bernama Sunarto bersama dengan mitranya merilis hasil penelitian terkait harimau Sumatera. Kesimpulan dari penelitian mereka menyebutkan bahwa harimau itu adalah makhluk sensitif.
Penelitian yang berjudul: Threatened predator on the equator, Multi-point abundance estimates of the tiger Panthera tigris in central Sumatra, ini begitu rinci menjelaskan tentang harimau
Penelitian ini mengungkapkan tentang gangguan yang dialami oleh Harimau Sumatera akibat kehadiran manusia yang mengakibatkan rendahnya kepadatan populasi Harimau Sumatera di habitat mereka.
“Harimau tak hanya terancam dengan hilangnya habitat akibat deforestasi dan perburuan, namun mereka juga sangat sensitif terhadap kehadiran manusia,†ungkap Sunarto.
“Mereka bukan hanya tidak bisa bertahan di wilayah-wilayah dengan daya dukung yang memadai, namun mereka bahkan tidak bisa hidup di hutan yang memang sudah pas untuk mereka, jika di dalamnya terlalu banyak terjadi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.â€
Fenomena ini, tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara Asia lainnya, juga menjadi arena konflik kepentingan antara harimau dan manusia, yang umumnya dimenangkan oleh manusia.
Sekadar informasi, BBKSDA Riau hingga kini belum bisa memastikan harimau mana yang telah menyebabkan nyawa Yusri melayang, Sabtu 10 Maret 2018 malam lalu di Indragiri Hilir.
Baca:Â Harimau Sudah Makan 2 Korban di Inhil, DPRD Riau: Keselamatan Warga Harus Diutamakan
Seperti yang diterangkan oleh Humas Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau Dian Indriati, hingga kini tim BBKSDA Riau yang berada di lapangan masih mencari lebih jauh kepastian harimau yang telah merenggut nyawa buruh bangunan tersebut.
“Tersangka (harimau, red) masih diteliti kembali melalui identitas lorengnya,” ujar Dian, Minggu 11 Maret 2018.
Dian menerangkan, BBKSD Riau juga belum bisa memastikan apakah harimau sumatera yang menerkam Yusri sama dengan seeekor harimau yang selama ini dicari-cari (Bonita, red).
“Apakah Bonita atau harimau yang lain masih belum bisa juga dipastikan,” tuturnya.
Dian menambahkan, saat ini tim BBKSDA Riau bersama masyarakat setempat dan kepolisian masih menyisir lokasi yang telah menewaskan Yusri. “Tim masih di TKP dan bekerjasama dengan masyarakat,” singkat Dian.
Seperti yang diketahui, tewasnya Yusri menambah daftar masyarakat di Indragiri Hilir yang menjadi korban konflik dengan Harimau Sumatera. Sebelumnya, seorang warga bernama Jumiati juga menjadi korban amukan harimau di Indragiri Hilir beberapa waktu lalu.
Mirisnya, meskipun Tim KBKSDA Riau telah 2 bulan lebih di lokasi kejadian memasang perangkap, namun harimau tersebut tak kunjung tertangkap. Sementara Yusri sendiri tewas sesaat sedang menuju perjalanan pulang usai mengerjakan bangunan sarang burung walet, tepatnya di Sinar Danau Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran. (bpc3)