BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – 2 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau, yakni Suhardiman Amby dan Kordias Pasaribu hampir adu jotos di ruang VIP Lancang Kuning Bandara SSK II Pekanbaru, sore kemarin (30/10/2017).Â
Sontak hal ini mencuat dan menjadi perbincangan publik. Ada banyak yang menyayangkan peristiwa perselisihan itu. Sebagai wakil rakyat, sikap emosional berujung pada tindakan kekerasan ini dianggap sebuah sikap tidak terpuji, padahal mereka termasuk publik figur.Â
“Wakil rakyat itu harusnya adu otak, bukan adu otot,” ujar Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Muhammadiyah Riau, Jupendri MIKom kepada bertuahpos.com, Selasa (31/10/2017).Â
Menurut Jupen, ada 3 fungsi DPRD dalam melayani rakyat. Diantaranya legislasi, kontroling, dan anggaran. “Ndak ada fungsi anggota dewan itu berkelahi,” tambahnya. “Ini penting untuk dikawal. Artinya anggota dewan itu laksanakan saja fungsinya,” katanya.Â
Baca:Â LAM Riau Akan Mediasi Konflik Kordias – Suhardiman Amby
Kemudian anggota DPRD itu perlu paham kalau mereka itu adalah wakil rakyat. Artinya dewan itu perpanjangan tangan rakyat, untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Artinya baik Kordias maupun Suhardiman Amby adalah orang yang dipercaya untuk menyampaikan pesan rakyat kepada pemerintah.Â
Dia menyebut, sebagai contoh yang baik, seharunya mereka tidak menunjukkan perlakuan yang tidak baik. Apalagi sampai berkelahi seperti itu. Tindak emosional seperti itu sama saja dengan mencoreng citra mereka sendiri sebagai wakil rakyat.Â
“Kalaupun misalnya terjadi perbedaan, atau dinamika lainnya, tunjukkanlah kepada masyarakat bahwa mereka itu orang yang berpendidikan dan terpelajar, bisa menyelesaikan masalah tanpa harus dengan kekerasan,” sambungnya.Â
“Wakil rakyat itu kekuatannya pada beradu otak bukan beradu otot. Mereka itu pemikir, masa otot yang dikedepankan,” tambah Jupendri. (bpc3)