BERTUAHPOS.COM — Climate Central mengeluarkan hasil riset terbaru mereka yang mengungkapkan bahwa perubahan iklim sangat berisiko terhadap produksi kakao. Khususnya di Afrika Barat. Negara ini menjadi pemasok sekitar 70% kakao di pasar global.
“Perubahan iklim, yang terutama dipicu oleh pemakaian bahan bakar fosil, telah meningkatkan intensitas suhu panas di empat negara Afrika Barat. Wilayah ini memasok sebagian besar kakao dunia,” tulis Climate Central, dikutip Jumat, 14 Februari 2025, sebagaimana dilansir dari Bloomberg.
Analisis terhadap suhu maksimum harian selama satu dekade terakhir menunjukkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan tambahan tiga minggu dengan suhu di atas 32°C setiap tahunnya. Kenaikan suhu ini terjadi selama musim panen kakao yang berlangsung dari Oktober hingga Maret di Pantai Gading dan Ghana.
Adapun pohon kakao, tumbuh optimal pada suhu 20-32°C. Suhu yang lebih tinggi berisiko menurunkan jumlah dan kualitas hasil panen. Kondisi ini dapat berujung pada kenaikan harga cokelat global dan berdampak terhadap perekonomian daerah penghasilnya.
Selain peningkatan suhu, perubahan iklim juga mengganggu pola curah hujan di wilayah produksi kakao. Hujan yang tidak merata dapat menyebabkan stres pada tanaman dan menghambat proses pembungaan, yang berujung pada penurunan hasil panen.
Sementara itu, curah hujan yang terlalu tinggi dalam waktu singkat dapat mengakibatkan genangan air di lahan kakao, sehingga menghambat penyerapan oksigen oleh akar tanaman. Hujan deras juga dapat menyebabkan kerontokan bunga, yang berdampak langsung pada jumlah produksi.
Harga kakao yang merupakan bahan baku utama pembuatan cokelat, masih bertahan di level tinggi setelah mengalami lonjakan hingga tiga kali lipat pada akhir 2024. Penurunan produksi dari pemasok utama menjadi faktor utama di balik kenaikan harga ini.
Harga kakao untuk kontrak Mei 2025 di Intercontinental Exchange (ICE) ditutup di angka US$10.538 per ton pada Kamis, 13 Februari 2025). Angka ini mengalami kenaikan 112,37% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu US$4.962 per ton. Bahkan, pada pertengahan Desember 2024, harga kakao sempat menyentuh rekor tertinggi di US$12.193 per ton.
Lonjakan harga kakao memberikan tekanan besar bagi industri cokelat global. Beberapa perusahaan besar seperti Mondelez International Inc. dan Hershey Co. telah menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap kenaikan biaya produksi.
Di Amerika Utara, dampak lonjakan harga ini mulai terasa pada penjualan cokelat, yang untuk pertama kalinya mengalami penurunan sepanjang 2024. Kenaikan harga cokelat dan permen menjadi faktor utama melemahnya permintaan konsumen.***