BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Keputusan mundur yang dilakukan oleh Laksamana Muhammad Ali dan Raja Indra Pahlawan bukanlah untuk menyerah. Namun, untuk memikirkan strategi lain demi menaklukan Belanda yang bertahan dengan hebat di loji Pulau Guntung.
Â
Â
“Loji Belanda itu punya meriam yang sangat besar. Jumlahnya banyak. Pertahanan loji itu juga berlapis. Menaklukkan loji itu tidak mudah. Maka, mundur dan menyusun strategi selanjutnya, itulah langkah yang diambil Laksamana Muhammad Ali. Bukan menyerah,” tegas sejarawan Riau, Suwardi MS kepada bertuahpos.com.
Â
Akhirnya, peperangan diambil alih langsung oleh Sultan Tengku Buang Asmara. Siasat baru disusun.
Â
Setelah berunding dengan para laksamana dan panglima perang, Sultan akhirnya mau berunding langsung dengan Belanda. Perundingan ini juga berlokasi di Pulau Guntung.Â
Â
Â
Dalam perundingan itu, Tengku Buang Asmara membawa banyak hadiah. Belanda sangat gembira, dan mengira bahwa Sultan Siak sudah menyerah, dan Kerajaan Siak telah mereka taklukkan.
Â
Namun, dalam kegembiraannya, Belanda tidak menyadari bahwa loji mereka sudah dipenuhi prajurit Siak. Dengan aba-aba Tengku Buang Asmara, prajurit Siak segera menghunuskan pedangnya dan berhasil membunuh semua serdadu Belanda.
Â
Dalam hikayat Siak, disebutkan bahwa komandan loji Belanda tersebut bernama Fetor. Dia dibunuh oleh menantu Sultan yang bernama Sayyid Umar Panglima. Tewaslah komandan tersebut.
Â
Loji tersebut dibakar, dan Sultan beserta seluruh prajuritnya kembali ke Ibukota, Mempura pada saat itu, dengan membawa kemenangan.
Â
“Semangat Sultan dan prajurit Siak ini telah mencerminkan bahwa sejak ratusan tahun yang lalu, Riau sudah berjuang melawan penjajahan. Semangat inilah yang harus dicontoh oleh generasi Riau saat ini,” ujar budayawan Riau yang juga keturunan bangsawan Siak, OK Nizami Jamil. (bpc2)