BERTUAHPOS.COM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan penilaian bulanan, terkait perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan. Dalam kesimpulan rapat bulanan Dewan Komisioner OJK menegaskan Indonesia patut mencermati efek rambatan dari normalisasi kebijakan Amerika Serikat terhadap emerging market
“Secara global pemulihan ekonomi pada negara maju tetap berlanjut namun tidak merata. Pemulihan ekonomi global berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad dalam siaran pers, Jakarta, Jumat (12/9).
Di sisi kondisi perbankan, permodalan masih tergolong tinggi, CAR pada level 19,39 persen dan didominasi komponen modal inti (Tier 1), rentabilitas stabil dengan kecenderungan sedikit menurun, hal ini terlihat dari indikator return on assets (ROA) yang relatif stabil, sementara beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) relatif meningkat bila dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, pasar saham mengalami penguatan diikuti dengan meningkatnya nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana. Kenaikan NAB ini berasal dari peningkatan nilai portofolio investasi sebesar Rp 289 miliar dan net subscription sebesar Rp 721 miliar.
Net subscription terbesar dialami oleh reksa dana terproteksi dengan nilai Rp 708 miliar, sementara reksa dana pasar uang membukukan net redemption terbesar dengan nilai Rp 704 miliar. Nilai investasi asuransi dan dana pensiun per Juli 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya sejalan dengan penguatan pasar pada bulan tersebut.
Nilai investasi dana pensiun tercatat sebesar Rp170,5 triliun, meningkat 1,3 persen dibanding bulan sebelumnya. Nilai investasi asuransi (termasuk BPJS) tercatat sebesar Rp643,7 triliun meningkat sebesar 11,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. “Pertumbuhan piutang perusahaan pembiayaan mengalami perlambatan yang dipengaruhi oleh peningkatan suku bunga perbankan,” katanya.
Aset perusahaan pembiayaan meningkat 11,88 persen (yoy) menjadi Rp 412,84 triliun dan piutang pembiayaan meningkat 10,61 persen (yoy) menjadi Rp363,19 triliun. Pertumbuhan pembiayaan per Juli tercatat sebesar 10,61 persen yoy (12,50 persen) melanjutkan perlambatan yang telah terjadi sejak awal 2014. “Hal ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan suku bunga perbankan yang juga mempengaruhi suku bunga pembiayaan yang disalurkan,” ungkapnya.
Risiko likuiditas, pada perbankan dalam kondisi stabil dan tingkat risiko relatif rendah. Alat likuid cukup memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Namun terdapat potensi peningkatan risiko likuiditas sejalan dengan peningkatan LDR, ketergantungan terhadap pendanaan non inti serta rasio deposan inti yang masih cukup tinggi.
Pada pasar modal, nilai dan frekuensi transaksi perdagangan saham pada Agustus menurun dibandingkan bulan sebelumnya, dilatarbelakangi oleh menurunnya intensitas sentimen pasar, sementara bid ask spread menunjukkan penyempitan.
Risiko kredit lembaga jasa keuangan secara umum berada pada level yang relatif rendah. Risiko kredit pada perbankan relatif rendah, kualitas kredit stabil, tercermin dari NPL yang rendah dan stabil, namun porsi kredit kualitas rendah dan konsentrasi kredit pada debitur inti yang relatif tinggi serta peningkatan suku bunga perlu diwaspadai berpotensi pada peningkatan NPL.
“Perlu diperhatikan pemburukan kualitas beberapa jenis kredit yang sensitif terhadap perubahan suku bunga yang berpengaruh terhadap peningkatan risiko kredit,” jelas dia.
Perusahaan pembiayaan, per Juli 2014, financing to asset ratio (FAR) meningkat, sementara non performing financing (NPF) menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Meski membaik, perlu tetap diwaspadai potensi peningkatan suku bunga.(Merdeka)