BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia saat ini masih aman dari krisis pangan meskipun harga pangan di tingkat dunia cenderung mengalami kenaikan. Namun, antisipasi krisis pangan tetap harus dilakukan. Peningkatan impor pangan pun disebut bukan dipicu bahan pangan utama masyarakat.
“Kita punya program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang memanfaatkan pekarangan untuk ketahanan pangan keluarga,” kata Menteri Pertanian Suswono, sebagai salah satu upaya antisipasi krisis pangan, di Jakarta, Selasa (4/6/2013). Dia mengatakan, salah satu penyebab tingginya harga pangan dunia ialah karena pangan yang bisa dikonsumsi manusia dialihkan ke energi atau pakan ternak sehingga tren harga pangan naik terus.
Upaya yang bisa dilakukan, ujar Suswono, adalah mengimbau semua pihak untuk terus meningkatkan ketahanan pangan. Program KRPL merupakan salah satu upaya mendorong ketahanan pangan dengan memanfaatkan pekarangan untuk ketahanan pangan keluarga. Dia mengatakan, upaya tersebut adalah bagian proteksi dari risiko ketahanan pangan di tingkat keluarga sekaligus mendiversifikasikan pangan pokok selain beras. Selain itu, lanjut Suswono, Balitbang Kementerian Pertanian juag menyiapkan benih padi yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim ekstrem.
Menurut Suswono, pendapat DPR yang menilai Indonesia memasuki fase krisis pangan dengan indikator volume impor pangan tidaklah tepat. Sebab, ujar dia, neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia mengalami surplus hingga 22 miliar dolar AS.
“Volume impor terbesar itu untuk komoditas hortikultura. Meningkatnya volume impor itu seiring meningkatnya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dan kebutuhan kelas tertentu. Kalau ekspatriat ingin memakan anggur atau buah kiwi yang merupakan produk subtropis itu lalu apa harus kita tutup pemasukan impornya?” tanya Suswono. Namun, dia menegaskan bahwa Kementerian Pertanian terus memberi perhatian terhadap ketersediaan pangan masyarakat.
Karena itu, ujar Suswono, tanaman pangan seperti padi, tebu, dan jagung menjadi prioritas pembangunan pertanian. “Di saat laju konversi lahan pertanian makin mempersempit akses petani, produksi padi tahun 2012 mencapai 69,05 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 5 persen (dibanding tahun sebelumnya) sekitar 3,2 juta ton,” katanya. (kompas.com)