BERTUAHPOS.COM, JAKARTA – Peluang PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) untuk menerbangi langit Indonesia kembali terbuka.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, opsi yang kini dimatangkan adalah pembentukan anak usaha dengan nama Merpati Aviation Services. “Perusahaan inilah yang nanti akan beroperasi,’ ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian kemarin (10/6).
     Â
Menurut Dahlan, dengan utang yang menggunung hingga Rp 7,3 triliun, Merpati selaku korporasi tidak akan bisa menjalankan bisnis dan menarik partner untuk berinvestasi.
Karena itu, dengan pembentukan perusahaan baru yang bebas utang, diharapkan Merpati bisa menggandeng beberapa partner untuk kembali beroperasi yang telah dihentikan sejak Februari 2014 lalu. “Perusahaan baru itu nanti akan mendatangkan pesawat untuk dioperasikan,” katanya.
     Â
Sebagaimana diwartakan, per Januari 2014 Merpati memiliki kewajiban Rp 7,3 triliun yang terdiri atas utang pemerintah dalam bentuk subsidiary loan agreement (SLA) Rp 2,4 triliun, utang kepada BUMN lain Rp 2,7 triliun, utang kepada swasta Rp 1,01 triliun, utang pajak Rp 873 miliar, tunggakan hak karyawan Rp 262 miliar, dan utang kepada pemerintah daerah Rp 62 miliar.
     Â
Rencana pembentukan anak usaha tersebut juga dimatangkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) selaku pihak yang diserahi tugas Kementerian BUMN untuk menjalankan program restrukturisasi Merpati.
Direktur Utama PT PPA Saiful Haq Manan mengatakan, perusahaan baru yang akan dibentuk itu nanti akan bekerja sama dengan beberapa investor seperti pemerintah daerah. “Fokusnya sebagai maskapai penerbangan di kawasan Indonesia timur,” ujarnya saat rapat dengan Komisi VI DPR kemarin.
     Â
Menurut Saiful, saat ini sudah ada ketertarikan dari beberapa investor untuk masuk menjadi partner Merpati dalam anak usaha tersebut. Hasil operasi pesawat diharapkan bisa menjadi sumber royalti bagi Merpati selaku induk usaha untuk membayar cicilan utang. “Dengan begitu, pelan-pelan bisa memperbaiki kondisi finansial Merpati,” katanya.
     Â
Saiful menyebut, anak usaha Merpati tersebut akan mendatangkan pesawat jenis propeler maupun jet dengan cara sewa atau leasing.
Namun, tetap saja butuh modal kerja di awal pembentukan karena Pertamina selaku pemasok bahan bakar avtur hanya bersedia menjual avtur secara tunai. Demikian pula untuk membayar kru pesawat. “Berapa besar kebutuhan working capital (modal kerja) ini sedang kami hitung,” ucapnya.
     Â
Dahlan menambahkan, kisah sukses skema pembentukan anak usaha semacam itu sudah terbukti pada PT PANN Multi Finance dan PT Reasuransi Indonesia. Dia menyebut, dua perusahaan tersebut sebelumnya juga terbelit utang hingga triliunan rupiah.
Namun, setelah membentuk anak usaha dan bekerja sama dengan beberapa partner bisnis, anak usaha tersebut bisa tumbuh pesat dan bahkan kini lebih besar dari induknya. “Kami ingin mengulang kisah sukses itu di Merpati,” ujarnya.
     Â
Meski demikian, lanjut Dahlan, masih ada satu kendala yang harus diselesaikan terkait administrasi perizinan dari Kementerian Perhubungan selaku kementerian teknis di bidang transportasi.
Karena itu, dia sudah meminta manajemen Merpati untuk segera mengurus perizinan tersebut. “Kalau izin sudah turun, anak usaha Merpati bisa langsung beroperasi,” katanya. (Jpnn.com)