BERTUAHPOS, JAKARTA – Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane mengeluhkan tingginya ongkos ekspor karet Indonesia ke Asia Pasifik. Penyebabnya kondisi infrastruktur yang tidak mendukung. “Biaya ekspor jadi tinggi,” katanya saat dihubungi, Jumat, 27 September 2013.
Â
Biaya ekspor karet mencapai US$ 750 per kontainer. Biaya itu lebih banyak tersedot oleh biaya angkut. Menurut Azis ongkos itu lebih mahal ketimbang Thailand. Kemahalan itu membuat pengusaha sulit bersaing.
Â
Azis meminta pemerintah segera membangun infrastruktur, fasilitas logistik, dan konektivitas. Dukungan itu sangat penting karena Indonesia bakal menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia. “Sudah seharusnya didukung,” katanya.
Â
Menurut Azis produksi karet Indonesia mencapai 3,15 juta ton per tahun dengan harga US$ 2,4 per kilogram (Baca: Harga Ideal Karet). Adapun kebutuhan dalam negeri hanya 450 ribu ton. “Mayoritas untuk ekspor,” ujarnya. Tujuan ekspor karet Indonesia adalah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan. “Cina yang terbesar.”
Â
Azis berharap pemerintah lebih memperhatikan sektor agribisnis (Baca: Pemerintah Dukung Penuh Industri Karet). Perhatian itu bisa diwujudkan dengan membawa agenda ini di forum Asia Pasific Economic Corporation (APEC). “APEC agar bahas sektor agribisnis,” katanya. Azis menilai karet, kakao, dan kelapa sawit layak dijadikan komoditas ekspor strategis.
Â
Â
Â
(tempo.co)
Â