BERTUAHPOS.COM — Polemik harga tiket pesawat domestik yang tinggi terus berlanjut. CEO Capital A Berhad, Tony Fernandes, mengungkapkan beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya harga tiket kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Salah satu penyebab utamanya adalah harga avtur yang lebih mahal 28% dibandingkan Malaysia dan Singapura, serta pajak berlapis yang dikenakan pada maskapai.
Tony menyarankan agar Indonesia menerapkan sistem multiprovider untuk avtur, karena saat ini hanya PT Pertamina yang menjadi pemasok tunggal.
“Selain itu, tingginya pajak impor suku cadang pesawat yang turut membebani maskapai,” katanya, seperti dikutip dari binsis.com, Jumat, 6 September 2024.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan sedang membahas kemungkinan penghapusan pajak tiket pesawat, yang diprediksi dapat menurunkan harga tiket hingga 11%.
Menurut Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, kajian ini melibatkan lintas sektor, namun belum ada target pasti untuk realisasinya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mendukung penghapusan pajak tiket pesawat sebagai langkah menurunkan harga. “ Namun, perlu ditekankan pentingnya mencari alternatif pengganti sumber pajak yang hilang,” ujarnya.
Di sisi lain, Luhut menyatakan optimisme bahwa pembahasan terkait penurunan harga tiket pesawat akan segera rampung. Salah satu langkah yang sedang dibahas adalah penurunan harga avtur melalui kebijakan multiprovider.
Meskipun harga tiket pesawat sedang menjadi isu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan jumlah penumpang udara pada Juli 2024. Penumpang domestik mencapai 6,04 juta, naik 11,04% dibandingkan bulan sebelumnya. Penumpang internasional juga meningkat 20,12% secara tahunan.
Sekjen INACA, Bayu Sutanto, menyatakan bahwa kenaikan penumpang meski harga tiket mahal adalah hasil dari mekanisme pasar, di mana permintaan yang tinggi mendorong harga menuju batas atas (TBA).***