BERTUAHPOS.COM– Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sirril Wafa, menegaskan bahwa dalam Islam, peristiwa gerhana baik bulan maupun matahari tidaklah memiliki kaitan dengan munculnya atau menjadi tanda akan terjadinya sesuatu di bumi.
“Dalam Islam, gerhana bulan dan matahari tidak terjadi lantaran hidup atau matinya seseorang,” ujar Sirril Wafa, dilansir dari Republika.co.id, Ahad 28 Januari 2024.
Sirril menegaskan bahwa pesan tersebut sudah cukup jelas dari Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan bahwa umat Muslim tidak diperkenankan mengaitkan adanya peristiwa gerhana sebagai bahan prediksi untuk meramal.
“Mempercayai hal tersebut dalam konteks sebab-akibat akan merusak akidah,” tambahnya.
Menurutnya, peristiwa gerhana adalah hal biasa seperti terbit dan terbenamnya matahari di ufuk. Dia menjelaskan bahwa gerhana terjadi ketika matahari dan bulan berada pada bujur ekliptika yang sama.
“Sementara gerhana matahari yang diprediksi terjadi dua kali pada tahun 2024, juga tidak bisa disaksikan di Indonesia,” tambahnya.
Sirril juga mengungkapkan bahwa peristiwa gerhana bulan yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2024 juga tidak bisa disaksikan di Indonesia.
“Gerhana bulan yang diprediksi akan terjadi pada 18 September 2024 dengan tipe parsial, juga tidak bisa disaksikan di wilayah Indonesia. Gerhana akan melewati wilayah Amerika, Eropa, dan Afrika,” jelasnya.
Hal serupa juga terjadi pada gerhana matahari yang diprediksi akan terjadi dua kali pada tahun 2024. Salah satunya, pada tanggal 8 April 2024, yang tidak bisa disaksikan di Indonesia. Gerhana tersebut akan terlihat di Meksiko, Kanada, dan beberapa wilayah lainnya.
Demikianlah penegasan dari MUI terkait peristiwa gerhana bulan dan matahari serta pesan untuk tidak mengaitkannya dengan peristiwa di bumi.