BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Gabungan Kelapa Sawit (Gapki) Riau meminta Pemerintah Provinsi Riau untuk tidak duduk manis, dan hanya sebatas membahas upaya perbaikan infrastruktur jalan dibeberapa daerah, yang jadi jalur utama antara masyarakat ke Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit (PKS).
Sekretaris Gapki Riau, Ketut Sukarwa, mengatakan bahwa sejak lama pihaknya bersama perusahaan kelapa sawit di Riau menyuarakan kepada Pemerintah Provinsi Riau, agar tidak mengandalkan perusahaan dalam perbaikan infrastruktur jalan penghubung.
“Infrastruktur masih sangat banyak sekali yang belum memadai. Terutama disentral-sentral produksi sawit, khususnya bagi masyarakat. Masih banyak jalan yang belum bisa dilewati,” katanya, Selasa (22/03/2016).
Dengan sulitnya, akses yang dilalui masyarakat untuk mengangkut hasil panen sawit ke perusahaan, menyebabkan harga transportasi masyarakat justru semakin tinggi. Pihak Gapki sendiri tidak meminta banyak, setidaknya pemerintah bisa menjadikan hal tersebut sebagai catatan penting untuk membantu masyarakat Riau, khususnya petani sawit.
Soal infratruktur yang ada dilingkungan perusahaan, kata Ketut, itu sudah menjadi tanggungjawab investor. Dengan kata lain pemerintah tidak perlu pusing dengan hal tersebut. Namun demikian bukan berarti mengabaikan semua akses jalan yang dibutuhkan bagi masyarakat.
“Setiap perusahaan harus bermitra dengan masyarakat. Minimal 20 persen. Belum lagi masyarakat swadaya. Itu perlu infrastruktur yang memudahkan pengangkutan hasil produksi PKS dan sarana produksinya. Itu akan menjadi biaya mahal bagi petani,” sambungnya.
Sementara itu, jika petani mengalami biaya produksi tinggi, baik dari pupuk dan lain sebagainya, kemudian disisi lain justru petani akan diberatkan dengan biaya transportasi yang tinggi karena akses infrastruktur tidak memungkinkan.
“Jadinya pendapatan petani rendah. Tapi malah disinyalir pabrik kelapa sawitlah yang tidak membeli panen sawit masyarakat dengan harga tinggi,” ujat Ketut.
Dia melihat ada banyak faktor memang, mengapa petani masih belum bisa menikmati hasil sawitnya. Karena transportasi yang sulit, buah panen masyarakat jadi tidak lancar diangkut ke perusahaan. Sehingga petani memilih untuk menunda 2 sampai 3 hari. Akibatnya buah panen sawit masyarakat menjadi busuk. Karena kualitas rendah, maka perusahaan juga tidak ingin membeli dengan harga yang tinggi.
Penulis: Melba