BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kaum penggiat lingkungan di Provinsi Riau diminta untuk rasional dalam menanggapi isu perkelapasawitan yang digelontorkan negara Eropa.
Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan agar para penggiat lingkungan tidak hanya fokus terhadap lingkungan, tapi juga bijak terhadap produk negara yang selama ini banyak ditopang dari sawit.
“Saya berharap LSM berpikir rasional. Bagaimana pun mereka harus memikirkan bagaimana kelangsungan produk, khususnya di Riau yang saat ini banyak ditopang dari sawit,” katanya, Jumat (21/04/2017).
Sebenarnya, untuk menanggapi isu soal perkelapasawitan Eropa, Andi Rachman mengatakan tanah dan iklim cuaca di Riau tidak cocok untuk ditanam bunga matahari.
Baca: Tanggapi Isu Eropa, Gubri: Bunga Matahari Itu tidak Cocok di Riau
Isu yang digelontorkan negara Eropa itu sangat berpengaruh terhadap bisnis dan perkebunan kelapa sawit di Riau. Namun, secara logis, sangat tidak mungkin Riau akan digantikan dengan bunga matahari.
“Itu tergantung wilayahnya. Ini menyangkut berbagai hal. Bunga matahari itu cocok untuk negara yang punya empat musim. Tapi tidak akan cocok jika itu diperuntukkan ke Riau,” katanya Andi Rachman.
Sebagaimana diketahui,
Produk sawit Indonesia kini tengah dipersoalkan Eropa. Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi yang menyatakan sawit Indonesia terkait erat dengan isu pelanggaran HAM, korupsi, pekerja anak, dan penghilangan hak masyarakat adat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, mengungkapkan resolusi tersebut memang belum berdampak pada penurunan ekspor sawit untuk jangka pendek. Namun dalam jangka menengah dan panjang, resolusi tersebut akan membawa konsekuensi yang cukup merugikan.
“Apakah ada dampaknya ke ekspor? Jangka pendek belum ada. Namun saya sampaikan adanya resolusi ini membuat citra industri hilir sawit semakin buruk di mata internasional, terutama di Amerika dan Eropa yang selama ini memang sering memberi stigma negatif,” kata Joko.
Stigma miring atas sawit yang semakin menguat itu, sambung dia, akan membuat ekspor dan harga minyak sawit tertekan dalam jangka menengah dan panjang. Efek domino lainnya, yakni resolusi tersebut bisa membuat negara-negara lain melakukan hal serupa pada komoditas andalan ekspor Indonesia tersebut.
Dampak buruk lainnya, tentunya bisa memperburuk posisi Indonesia dalam perundingan perdagangan bebas Indonesia dan Uni Eropa dalam CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement).(bpc3)