BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) sungai Siak sungai Kampar adalah bagian dari bentang alam semenanjung kampar yang merupakan ekosistem lahan gambut dengan luasan mencapai 700.000 hektare. Dalam kawasan ini terdapat beberapa wilayah konservasi penting, seperti Taman Nasional Zamrud yang memiliki luasan 30.129 ha, suaka margasatwa tasik petas 3.200 ha, suaka margasatwa tasik besar serkap 6.900 ha, suaka margasatwa belat 2.229 ha.
Wilayah kawasan KHG Siak Kampar ini juga terdapat beberapa kubah gambut besar dan kecil dengan luasan mencapai 671.000 ha, dan memiliki kedalaman yang tergolong dalam hingga sangat dalam berkisar 10-15 meter. selain itu, KHG Siak Kampar merupakan kawasan penting bagi populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae), kura-kura air payau (biuku callagure borneoisis), dan juga ikan arwana (screlopages formosus),yang terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
KHG Sungai Siak Sungai Kampar adalah salah satu KHG yang ada di provinsi riau yang dibatasi oleh Sungai Siak dan Sungai Kampar, yang menarik dari KHG ini adalah dimana disana terdapat aktifitas manusia baik perusahaan maupun masyarakat, aktifitas tersebut ialah pertanian, perkebunan dan juga perkelapasawitan. KHG ini merupakan salah satu yang terbesar di provinsi riau, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan melalui kegiatan-kegiatan restorasi, agar dampaknya jelas dan mudah dilihat perubahannya yang terjadi di tingkat tapak.Â
“kita melihat, KHG Sungai Siak Sungai Kampar ini memiliki potensi untuk dilakukan restorasi, karena banyaknya aktifitas pembukaan kanal yang ditinggalkan dulu sejak aktifitas pembalakan liar (ilegal loging), dan juga kegiatan industri besar baik HTI maupun perkelapasawitan. Model pendekatan yang kita gunakan sesuai dengan yang dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) yakni dengan melakukan kegiatan pembasahan lahan gambut (reweting) melalui pembuatan sekat kanal, penanaman kembali di lahan-lahan bekas terbakar dan melakukan refitaslisasi dalam kegiatan perekonomian masyarakatnya,” jelas Direktur Yayasan Mitra Insani, Muslim Rasyid, Senin 26 Agustus 2019.
Dari rangkaian kegiatan ini Yayasan Mitra Insani (YMI) bekerja sama dengan mitra lainnya yakni, Jaringan Masyarakat Gambut Riau (JMGR) dan Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran Riau (FITRA RIAU), ketiga lembaga tersebut tergabung dalam satu konsorsium yang disebut konsorsium YMI.
Selain melakukan kegiatan restorasi, Konsorsium Mitra Insani juga melakukan pengembangan ekonomi lainnya yang ramah lingkungan dan dapat melindungi ekosistem gambut. melihat wilayah intervensi yang berada di pantai timur sumatera, dimana wilayah tersebut banyak di tumbuhi oleh tanaman mangrove, YMI melihat sebuah potensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pemberdayaan kelompok petani mangrove dan kelompok peduli mangrove.Â
Konsosrsium YMI juga membantu dalam menyusun rancangan pengelolaan kawasan wisata dan peningkatan kapasitas kelompok kedepannya. dan sejauh ini beberapa wilayah yang didukung oleh program tersebut, mulai mendatangkan pengunjung baik lokal maupun diluar dari provinsi Riau.
Koordinator program TEGAK, Woro Supartinah mengatakan, konsorsium YMI melakukan tiga kegiatan utama di 10 desa di KHG sungai siak Sungai Kampar, dimana 10 desa tersebut terbagi di dua kabupaten yakni, enam desa di Kabupaten Siak dan empat desa lainnya di Kabupaten Pelalawan. Tiga kegiatan utama tersebut, yang pertama melakukan kegiatan pemulihan gambut melalui tiga pendekatan yaitu, reweting, revegetasi dan fevitalisasi dengan melakukan kegiatan pembangunan 40 unit sekat kanal, pembuatan 100 unit sumur bor. selain itu juga ada kegiatan penanaman tanaman agroforestry dan kegiatan pertanian dengan sistem pembukaan lahan tanpa bakar.
Kegiatan utama lainnya adalah mengintegrasikan pemulihan dan pengolahan lahan gambut yang ramah lingkunga kedalam kebijakan, mulai dari tingkat desa sampai ke tingkat provinsi. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah rencana aksi pemulihan dari runutan kegiatan pembuatan baseline, riset baseline, monitoring dan juga proses-proses konsultatif yang melibatkan berbagai pihak untuk mendapatkan masukan sehingga dapat menghasilkan rencana aksi yang bisa menjadi prototipe oleh KHG-KHG lainnya di Provinsi Riau.
Sejak tahun 2017 YMI dan Konsorsium YMI melakukan aktifitas di kawasan gambut yang menjadi prioritas Badan Restorasi Gambut (BRG). Adapun hasil yang telah didapatkan selama tahun 2017 adalah dokumen rencana aksi restorasi gambut di dua kabupaten yakni Siak dan Pelalawan, tujuh peraturan desa tentang pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pembangunan 28 unit sekat kanal dan tujuh demplot tanaman agroforestry, 50 orang masyarakat di tujuh desa yang dilatih dalam melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran dengan didukung peralatan yang memadai, penyebaran media informasi terkait kampanye kebakaran dan dampak bagi 2000 orang melalui kegiatan sosialisasi di 10 sekolah.
Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Kampung Sungai Rawa, Siak, Setiono mengatakan kegiatan yang dilakukan oleh YMI dan konsorsium YMI membantu masyarakat dalam memerangi karhutla, khususnya di lahan gambut.
“Salah satu contoh yakni pembangunan sekat kanal, hingga saat ini sekat kanal yang telah dibangun sejak tahun 2017 lalu masih berfungsi dan kami gunakan sebagai cadangan air saat musim panas. Saat terjadi kebakaran, kami tidak lagi kewalahan mencari titik air untuk melakukan pemadaman,” pungkas Setiono. (rls)