BERTUAHPOS.COM, AGAM – Menjelang hari raya qurban beberapa Minggu mendatang, harga cabae merah dipasaran mulai menggeliat kembali.
Minggu (13/8/2017) di Pasar Tradisional Koto Baru Salo, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat, harga cabae merah dijual Rp 26-28 ribu perkilogram.
“Memang sudah naik dari sebelumnya. Kini perkilonya Rp 28 ribu. Sebelumnya berkisar antara Rp 20-23 ribu. Kalau sebelum-sebelumnya sempat diangka Rp 15 ribu perkilonya,” sebut Heni, salah seorang pedagang cabae, bawang merah dan putih di Pasar Tradisional, Koto Baru Salo.
Dia menyebut, memasuki lebaran haji atau qurban sudah menjadi hal biasa bila harga cabae merah naik. Mengingat permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap cabae merah naik drastis.
Hampir setiap rumah tangga sebut Heni, menambah konsumsi cabae merah untuk membuat rendang daging. Kemudian juga untuk keperluan lainnya seperti pesta pernikahan dan helat khatam Al-Qur’an.
“Biasanya saat lebaran haji itu banyak pesta. Kemudian juga banyak kegiatan seperti khatam Qur’an. Tentu ini akan menambah konsumsi cabae merah, disamping peningkatan untuk konsumsi rumah tangga,” sebutnya.
Salah seorang pembeli cabae, Ima mengakui bila setiap lebaran haji atau qurban dirinya menambah konsumsi cabae merah.
“Memang benar bang. Kalau lebaran haji kita mau masak rendang, dendeng, sup dan lainnya yang berkaitan dengan pengolahan masakan daging. Sehingga biasanya kita cuma beli 1 kg untuk sepekan, kini harus beli 2 kg lagi,” sebutnya.
Menurutnya, meski harga cabae naik atau mahal, daya beli masyarakat terhadap cabae khusus untuk lebaran haji atau Qurban, tetap harus dibeli.
“Mau tak mau harus dibeli dan ditambah jumlahnya. Kalau ngak mau masak daging pakai apa, ndak berasa kalau tak pedas bang,” tuturnya.
Semetara itu petani cabae merah di kaki gunung Merapi tepatnya di Nagari Peninjauan, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanahdatar, Angku menyebut sangat senang bila harga komoditi hasil tani seperti cabae merah mulai kembali naik.
“Ya, jelas senang mendengarnya. Semoga tidak cepat berlalu. Karena kalau harga cabae turun, sayur turun, tomat turun, buncis turun, ya kami petani mau modali kembali pakai apa. Maka dari itu kami berharap agar hasil tani kami ini bisa mahal,” harap Angku yang sudah 20 tahun bercocok tanam cabae dan sayur mayur.
Banyaknya hama wereng dan penyakit keriting menyerang tanaman cabae merah, membuat petani acap kali merugi. Apalagi harga pupuk dan pestisida sangat mahal.
“Kemarin ini harga cabae sempat Rp 12 ribu, bahkan Rp 9 ribu. Kami sudah pasti rugi. Harga pupuk mahal, jadi tidak sebanding harga dengan biaya yang dikeluarkan untuk bercocok tanam cabae,” sebutnya. (bpc15)