BERTUAHPOS.COM PEKANBARU – Ada banyak hal lain yang bisa dijadikan penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian besar masyarakat Riau memang menggantungkan penghasilan pada satu pekerjaan.
Â
Namun tidak bagi Ibrahim T (50), Seorang guru honor asal Madrasah Tsanawiah di Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir ini mampu menyulap limbah balok sisa pembuatan kapal, menjadi sebuah miniatur menarik dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Â
Dia menyisakan waktu luangnya usai memenuhi kewajiban mengajar untuk membuat sebuah miniatur unik. Yaitu sebuah miniatur kapal pompong, mirip seperti aslinya.
Â
Di Desa Simpang Gaung, selain menggantungkan hidup pada perkebunan kelapa, masyarakat setempat membuat kapal motor, sampan, speedboat sebagai penghasilan tambahan. Namun bagi sebaian masyarakat lainnya, membuat kapal dan sampan bahkan menjadi penghasilan utama. “Terutama bagi masyarakat yang tidak punya kebun,” katan Ibrahim, Sabtu (18/04/2015).
Â
Dia melakoni pekerjaan membuat miniatur kapal sudah sejak lama. Hanya saja, usaha sampingannya ini hidup mati. Sebab belum ada peluang pasar yang mau milirik hasil kreatifitas tersebut.
Â
Ide itu terbesit dibenaknya saat melihat aktifitas rutin yang biasa dilakukan masyarakat setempat membuat kapal motor. Sisa limbah balok dari disekitar bansal hanya terbuang, atau dijadikan sebagai arang kayu.
Â
“Mengapa tidak dicoba buat kapal dengan bentuk dan model sama, tapi ukurannya lebih kecil,” sambungnya.
Â
Asat dasar itulah Dia mencoba meniru dari proses pembuatan kapal yang biasa dibuat warga mulai dengan volume 10 – 80 ton. Kapal hasil produksi Ibrahim hanya berukuran 101 sentimeter sampai 122 centimeter. Lebarnya 20 centimeter sampai 24 centimeter, dengan berat 1 kilogram.
Â
Sama dengan kapal besar lainnya, miniatur kapal buatan Ibrahim terbuat dari kayu jenis meranti dengan ukuran papan 15 milimeter dengan ketebalan papan 4 milimeter. Hasilnya, sama persis seperti kapal motor sungguhan yang biasa diproduksi masyarakat setempat. “Warga setempat patok harga Rp 500 ribu,” katanya.
Â
Kendala terbesar yang dialami untuk saat ini masih berputar pada pemasaran. Selain letak lokasi tempat produksi tersebut jaduh dari keramain, akses menuju kota harus melewati jalur transportasi laut. “Otomatis ongkos produksinya bertambah,” tambahnya.
Â
Untuk sementara, pengrajin ini miniatur kapal motor ini hanya bisa tersenyum, sambil menatap lama hasil kreatifitas inovsi dari buah tangannya. (melba)
Â