BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ketergantungan Crude Alm Oil (CPO) Riau terhadap pasar ekspor, memaksa Riau tidak bisa berbuat banyak terhadap jatuhnya harga tandan buah segar, atau TBS beberapa pekan terakhir.
“Melihat fenomena ini sudah saatnya Riau tidak lagi bergantung pada pasar ekspor. Pengalaman ini bukan sekali dua kali terjadi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, M Firdaus, akhir pekan lalu.
Menurutnya, solusi terbaik agar sawit tidak anjlok, pasar domestik atau pasar dalam negeri harus melirik komoditi itu. Salah satu caranya dengan membangun hilirisasi agar CPO Riau bisa terserap dalam negeri.
Awalnya, kabar baik soal itu sudah muncul, dengan pemanfaatan biofful 15 persen untuk dalam negeri. Namun demikian, lagi-lagi kebijakan pemerintah pusat masih berjalan timpang.
Buktinya, tidak semua berjalan sesuai rencana. Sebagian besar CPO Riau masih tetap nyeberang ke negara tetangga.
Dia menyebutkan, Pemerintah Provinsi Riau sudah menimbang, bagaimana pembangunan hilirisasi bisa digesa. Setidaknya, 50 persen dari komoditi itu akan terealisasi di Riau sendiri.
Upaya ini ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab tersangkut masalah Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah atau RT RW yang belum ada kepastiannya, memaksa Pemerintah Riau untuk tidak menyinggung soal hilirisasi. “Ya, tunggu sajalah dulu,” sambungnya.
Sebenarnya, Firdaus yakin, jika betul-betul dioptimalkan, kebijakan pemerintah pusat soal bauran biodisel dengan minyak nabati itu, sudah cukup menjawab ketakutan masyarakat akan anjloknya harga sawit.
“Saat ini konsumsi CPO di lokal haya 30 persen. Sisanya 70 persen diekspor ke luar negeri. Beginilah jadinya Coba kalau kita sendiri punya industri. Makanya RT RW harus cepat,” sambung Firdaus. (Melba)