BERTUAHPOS.COM, KAMPAR – Ratusan orang duduk bersila menghadap hidangan yang sudah tersaji. Para ibu-ibu di Desa Teluk Pulai menjunjung hidangan terbaiknya dari rumah menuju ke Mesjid Al Falah di desa itu. Menjelang masuk waktu zuhur, hidangan tersaji, ratusan masyarakat menyantap hidangan itu dengan lahap.
Aula mesjid itu terlihat penuh. Tua, muda, anak-anak, baik kecil besar. Para pejabat, anggota dewan, hingga pemerintah perangkat desa, duduk bersila menikmati hidangan dalam talam itu. Inilah lambang kesetaraan sosial yang ditunjukkan dalam tradsi makan Bajambau di Kabupaten Kampar ini.
Tradisi makan bersama ini dalam rangka memperingati perayaan puaso onam, atau puasa enam. Sebuah ibadah puasa sunat yang laksanakan setelah usai puasa ramadan. Di tengah-tengah kerumunan itu, ada juga Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, Wakil Bupati Kampar Ibrahim Ali, SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dan pejabat setingkat desa.
Masyarakat di desa ini sengaja menyajikan hidangan terbaiknya untuk disantap bersama-sama. Diantara menu yang tersaji dalam nampan itu, yakni, rendang daging kerbau, gulai ayam, ikan emas bakar, kepala ikan emas asam pedas, sayur kol, dan buah-buahan.
Satu talam dihadap sekitar 4 orang. Tampilan makanan-makanan itu dipastikan akan mengundang selera. Terutama ikan emas bakarnya. Masyarakat sengaja memilih ikan emas berukuran besar. Bahkan bagian ekornya saja, sudah cukup penuh dalam piring kaca itu. Perayaan puaso onam ini berlangsung pada Rabu (13/07/2016).
Hartati, seorang ibu rumah tangga berdiri disamping pintu sebuah TPA di depan mesjid Al-Falah. Dia melihat dengan seksama para pengunjung yang tengah menyantap hidangan itu. Setelah ini, dia dan ibu-ibu lainnya akan mengemas piring dan sisa makanan itu untuk di bawa pulang.
Menurut ceritanya, masakan terbaik dari ibu-ibu rumah tangga harus ditampilkan dalam perayaan ini. Tujuannya supaya hidangan mereka disantap habis. “Kami malu kalau makanan yang kami buat tidak dimakan,” ujarnya kepada bertuahpos.com.
Semakin lahap pengunjung makan, itu tandanya masakan mereka sangat dihargai. Senyum sumbringah terpancar dari bibir Hartati, sebab hidangannya sudah ditinggal, hanya tersisa beberapa lauk-pauk saja.
Wakil Bupati Kabupaten Kampar Ibrahim Ali, yang mendampingi Gubernur Riau ketika itu menyebutkan bahwa perayaan makan Bajambau adalah sebuah aset kekayaan tradisi yang dimiliki Riau. Harus ada komitmen pemerintah, baik daerah maupun pusat untuk melestarikan tradisi tersebut.
“Budaya ini bisa menjadi objek wisata yang tidak ternilai harganya. Gubernur sendiri sudah menyaksikan. Dengan pengunjung sebanyak ini, akan ada perputaran ekonomi yang besar,” tambahnya.
Dia ingin tradisi seperti makan Bajambau ini mendapat tempat dan peran dari Pemerintah Provinsi Riau. Ibrahim sependapat bahwa hal tersebut adalah prestasi dan budaya yang perlu dipertahankan.
Penulis: Melba
Â