BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pukul 06.00 WIB pagi, Marina sudan siap dengan beberapa tumpuk kain Bendera Merah Putih dengan beragam model. Dia mengikat bendera-bendera itu kepada sebatang bambu, kemudian ke tiang-tiang penyangga lainnya.Â
Sekejap kemudian, kemeriahan Merah Putih sudah terlihat di lapak kaki limanya di samping kantor DPRD Kota Pekanbaru, Jalan Jendral Sudirman. Berjarak sekira 20 meter ada lagi pedagang kaki lima lainnya yang membuka lapak sama.
Jika menelusuri Jalan Sudirman, sangat mudah menemukan pedagang kaki lima yang menjajakan Bendera Merah Putih. Selain itu, di Jalan Tuanku Tambusai juga terlihat pemandangan serupa. Biasanya mereka berkoloni berjarak beberapa meter. Namun di jalan-jalan yang lebih kecil, kelompok penjual bendera lebih sedikit.Â
Tapi di kawasan pesisir daerah rumbai, lebih ramai. Misalnya di Jalan Yos Sudarso dekat jembatan Siak III juga terdapat kelompok penjual bendera.Â
Sadar atau tidak mereka inilah sebenarnya yang mewarnai kota dengan Merah Putih, menjelang hari H perayaan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus. Jika tidak Kota Pekanbaru terasa hambar dari suasana semarak HUT kemerdekaan.Â
Sebab masyarakat tidak seperti dulu yang jauh-jauh hari telah sadar dengan perayaan hari kemerdekaan bangsa. Maka segala sesuatunya di persiapkan.Â
Sekarang, semua seolah lupa. Memasang bendera di depan rumah dan kantor tidak ubah seperti ritual tahunan semata, luntur nilai cinta dan kegembiraan menyambut hari kemerdekaan. Begitulah faktanya.Â
“Saya setuju. Melihat pedagang kaki lima yang jual bendera rasanya ada yang berbeda dan terlihat lebih semarak. Kalau tidak paling, bendera-bendera kacil yang terpasang di kantor dan kios-kios kecil,” kata Husin (30), warga yang bermukim di kawasan Sudirman, Pekanbaru kepada bertuahpos.com, Selasa, 14 Agustus 2018.Â
Baca:Â Surat Edaran Walikota Kibarkan Bendera Sebulan Penuh?
Hal yang sama juga diakui oleh Rasidin (34), seorang pemilik kios dagangan harian di Jalan A. Yani, Pekanbaru. Kalau dulu kemeriahaan 17 Agustus itu diramaikan oleh anak-anak dengan bendera-bendera kecil dan mereka berlarian keliling kampung. Kalau sekarang, apalagi di daerah perkotaan sangat jarang, bahkan tak ada.
“Kalau di kota seperti inilah. Karena tingkat kesibukannya lebih tinggi. Jadi enggak ada waktu orang mau memeriahkan. Tapi kalau saya melintas di jalan-jalan besar memang terlihat meriah,” katanya.
Persepsi seperti ini ternyata menjadi senjata ampuh bagi pedagang Bendera Merah Putih. Saat ada petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota yang turun akan menertibkan pedagang, mereka selalu melontarkan kalimat ini dalam perdebatan.
“Kami yang memeriahkan 17-an ini, Pak. Kami yang bikin semarak kota sehingga nuansa HUT RI terasa meriah. Jangan kami yang dilarang. Biasanya mereka (petugas) mengerti dan biasanya paling dirapikan saja daganga kami supaya terlihat lebih cantik,” kata Marina saat berbincang dengan bertuahpos.com sambil tertawa. (bpc3)