BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan masalah aduan yang dilakukan Bupti Siak Syamsuar, soal keterlibatan para tengkulak yang memungut gabah basah kepada petani, harusnya bisa diselesaikan langsung oleh pemerintah kabupaten itu. “Itu bukan tugas kita,” katanya, kepada bertuahpos.com, Selasa (02/08/2016).
Dia menambahkan, jikapun pihak Kabupaten Siak ingin melibatkan Pemerintah Provinsi Riau, sangat tidak memungkin sekali untuk ikut terlibat terlalu jauh dalam menyelesaikan masalah ini.
Namun demikian, Pemerintah Provinsi Riau tetap akan melakukan komunikasi dengan instansi terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Itupun harus berdasarkan permohonan dari Pemerintah Kabupaten Siak. Andi melimpahkan penyelesaian dan penanggulangan itu dilimpahkan kepada Dinas Perkebunan dan Pertemanan Provinsi Riau. “Selesaikan dulu,” tambahnya.
Bupati Siak Syamsuar sebelumnya menjelaskan kondisi keterlibatan para tebgjulah asal luar daerah itu dalam mendominasi perdagangan beras di Kabupaten Siak. Para tengkulak berani menggambil hasil panen gabah basah petani sebelum masa panen. Akibatnya hasil panen itu dibawa keluar dari Riau untuk diolah menjadi beras jadi yang kemudian dijual kembali ke Riau.
Andi Rachman menjelaskan pihaknya akan melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) Riau. Sebab sebelumnya, Syamsuar juga menjelaskan bahwa Bulog enggan mengambil hasil panen petani dengan harga standar Bulog. Menurut dia, hak ini hanya masalah kebijakan saja.
“Yang penting sekarang ada kemauan tak untuk padi ini bagaimana bisa perdagangannya tidak keluar dari daerah. Tentu pemerintah Kabupaten Siak harus cari penggantinya untuk solusi,” tambahnya.
Bupati Kabupaten Siak, Syamsuar mengaku cukup dipusingkan dengan kondisi petani padi di kabupaten itu yang menjual hasil panen gabah basahnya ke tengkulak Asan Medan. Menurut dia, kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak lama.
Dalam situasi sepertibini, kata dia, Pemerintah Kabupaten Siak tidak bisa berbuat banyak, sebab menyangkut masalah pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
“Kami selaku pemerintah sudah melakukan upaya untuk peningkatan produksi beras dalam rangka menuju arah swasembada beras. Tapi kondisinya sedang harga beras malah makin mahal,” katanya, disela-sela kehadirannya dalam High Level Meeting di Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau, kemarin.
Dia menambahkan, selama ini Pemerintah Provinsi Riau dan Bank Indonesia terus mendendangkan beberapa harga komuditi sembako dipasaran sulit untuk dikendalikan. Namun demikian, ada hal lain yang menurut dia bisa menjadi fokus untuk memperbaiki harga salah satu komuditi itu. Terutama dengan mengupayakan agar hasil panen gabah basah di Siak tidak keluar dari Riau.
Di Siak sendiri ada tiga kecamatan yang kini menjadi sentra penghasil padi dengan produksibyang cukup besar. Diantaranya Kecamatan Bunga Raya, Kecamatan Mandau, Sebau dan Sungai Apit.
“Beras kami lagi gencar meningkatkan produksi. Tapi yang terjadi di Siak ini apabila masuk musim panen mulailah masuk tengkulak dari daerah lain,” tambahnya.
Hingga saat ini, blum ada pedangan atau pengusaha dari Kabupaten Siak dan Pekanbaru yang sanggup melirik potensi untuk menampung gabah basah dari Siak ini. Mengingat jika hasil panen itu bisa diserap lokal, kemungkinan besar untuk mengatasi masalah beras di Riau tidak sesulit ini.
Penulis: Melba
Â