BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Saat ini, tercatat ada sekitar 50 lebih tenaga medis di Riau masuk dalam daftar pasien terkonfimasi positif COVID-19. Sebelumnya, ada kekhawatiran apakah dengan kondisi itu, ‘kekuatan’ tenaga medis di Riau cukup untuk menangani pasien positif corona, yang terus ‘melunjak’.
Kekhawatiran ini dibantah oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir. Dia mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien yang terkonfimasi positif corona, adalah mereka pada bagian manajemen. Bukan yang mengurus soal pelayanan langsung ke pasien positif. Mimi belum bisa menjelaskan mengapa bisa begitu.
“Tapi segala kemungkinannya ada. Entah mereka pernah kontak erat dengan pasien positif, atau penularan bisa terjadi dengan cara lainnya,” ungkapnya.
Pada Kamis 23 Juli 2020, terdapat 16 tenaga medis yang terkonfirmasi terpapar virus corona. Tenaga medis inilah yang dimaksud Mimi, bukan mereka yang melayani pasien positif. Kemudian, Jumat 24 Juli 2020, terdapat 4 tenaga medis yang terkonfimasi positif COVID-19.
Mereka terdiri dari 3 dokter dan 1 perawat. Pada Sabtu 25 Juli 2020 juga terkonfirmasi 4 tenaga medis terpapar coronavirus. Data ini, hanyalah gambaran dalam 3 hari belakangan yang tercatat di Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Riau.
Data dari Dinas Kesehatan, total tenaga medis di Riau yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 berjumlah 58 kasus. Tenaga Medis di Pekanbaru yang terpapar virus itu jumlah 25 orang. Lalu 11 orang di Dumai, 6 di Indragiri Hilir, 7 di Kampar, 3 di Rokan Hulu, 2 di Bengkalis, 2 di Pelalawan, 2 di Siak, dan 2 di Kuantan Singingi.
Para tenaga medis yang terpapar ini terdiri dari 16 orang perawat, dokter 11 orang, bidan 9 orang, administrasi 5 orang, tenaga kesehatan dinas kesehatan 2 orang, manajemen 2 orang, analisis 2 orang, rekam medis 2 orang, sekuriti 2 orang, pekarja, diklat, tim ahli laboratorium, IPSRS, surveilans, pelayanan medik (yanmed), dan PKRS masing-masing 1 orang.
Mengapa Penting Pasien Bersikap Jujur?
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Petalabumi drg Sumiati mengatakan, memang dalam situasi saat ini, sikap jujur pasien sangat diperlukan. Bahkan kejujuran pasien menjadi hal yang paling utama agar tindakan para tenaga medis tidak salah. Tujuannya tentu saja agar pasien dan pihak rumah sakit tidak dirugikan
“Bagi pasien yang ingin berobat atau kontol ke rumah sakit, diharapkan untuk memberikan keterangan yang jelas kepada petugas untuk meminimalisir terjadinya penularan virus. Di rumah sakit manapun. Tidak hanya di rumah sakit pemerintah, tapi juga swasta,” ungkapnya.
Ketidak jujuran pasien dalam memberikan keterangan kepada petugas medis memang disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, ada rasa takut. Misalkan, pasien baru saja melakukan perjalanan dari daerah zona merah. Mereka cenderung menutupi karena khawatir akan dijadikan pasien dalam pemantauan. Sebab, setiap orang yang datang ke rumah sakit, adalah mereka mempunyai keluhan penyakit.
Namun, akibat dari ketidakjujuran itu menjadi fatal. Petugas medis akhirnya juga mengambil tindakan dan memperlakukan pasien sesuai dengan informasi yang diberikan. Padahal ‘ancaman’ lain yakni paparan virus corona. “Kalau memang pasien pernah melakukan perjalanan dari zona merah atau daerah terjangkit, sebaiknya jujur kepada petugas,” ungkapnya.
Hal yang sama juga berlaku terhadap pasien yang pernah melakukan kontak erat dengan pasien positif COVID-19. Rasa takut itu, membuat mereka lebih cenderung bersikap tertutup, padahal bisa jadi di dalam tubuh mereka menyimpan virus yang berpotensi akan menularkan kepada setiap orang di rumah sakit. (bpc2)