BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Angka kesembuhan kasus COVID-19 di Riau sangat tinggi secara nasional. Dari total 120 Kasus Positif COVID-19 sudah 107 diantaranya dinyatakan sembuh dan 7 pasien yang masih harus menjalani perawatan, sedangkan kasus meninggal hanya 6 orang.
Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19 Riau dr Indra Yovi, yang juga sebagai koordinator tim dokter penanganan pasien COVID-19 di RSUD Arifin Achmad dan RS Eka Hospital Pekanbaru mengatakan, paling utama yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasien COVID-19 yakni keseragaman dalam pelayanan.
“Kami sejak awal sudah menerapkan standar penanganan sesuai petunjuk WHO dan ketetapan pemerintah, dan pelayanan itu diseragamkan di serluruh RS rujukan pemerintah sampai di kabupaten dan kota,” ungkapnya.
Dia menceritakan, pada saat awal pasien masuk ke rumah sakit dengan indikasi COVID-19 perawat akan melakukan pendekatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari pasien. Terutama terhadap orang-orang yang sebelumnya pernah melakukan kontak dan berinteraksi dengannya.
“Dalam situasi itu, pasien bisa saja tertekan dengan kondisinya. Namun dengan komunikasi yang baik dan dilakukan dengan cara benar, mereka harus dibuat tetap senyaman mungkin,” jelasnya.
Pada saat pasien positif COVID-19 di Riau yang harus menjalani karantina di ruang isolasi, disadari bahwa potensi stres terhadap pasien akan meningkat. Pasien diberi kesempatan untuk melakukan apa yang mereka suka.
“Kemudian kami dengan semua petugas selalu memantau televisi. Jika ada pemberitaan mengenai COVID-19 di Indonesia, maka salurannya langsung kami ganti. Jadi siaran televisi memang sengaja diset isinya hiburan. Kami takut dengan informasi tentang COVID-19 yang disiarkan di TV akan berdampak pada psikologis pasien, apalagi saat itu dia tengah mengidap penyakit sama,” kata dr. Indra Yovi.
Cara lain yang dilakukan oleh perawat dan dokter, sesekali pada baju hasmat yang mereka kebakan di pajang foto dengan ekspresi cerita. Hal ini bertujuan agar pasien juga mengetahui siapa yang mewarat mereka. Sedangkan dari segi fisik, hampir semua bagian tubuh tertutup. Hal tersebutlah dilakukan untuk menjalin ikatan emosional dengan pasien agar saat mereka menjalani perawatan tetap punya semangat untuk sembuh.
“Kami bersenda gurau dengan pasien agar mereka tidak stres. Karena kalau mereka stres imunnya pasti turun. Dan apa yang kami lakukan di Pekanbaru juga kami sampaikan ke rumah sakit rujukan pemerintah di kabupaten kota. Jadi bagaimana pelayanan di sini, juga harus sama dilakukan terhadap pasien di daerah. Dengan demikian pasien pasti akan lebih nyaman di ruang isolasi, sehingga potensi kesembuhannya lebih cepat,” ungkapnya.
“Saya, atas nama pribadi dan Gugus Tugas, mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga, terutama kepada perawat, dokter-dokter spesialis, cleaning service, petugas lainnya yang. Mereka yang setiap hari masuk ke ruang isolasi, melayani pasien, walau ada rasa ketakutan semua itu berhasil mereka lawan.”
(bpc3)