BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pengaruh calon presiden (capres) Jokowi maupun Prabowo ternyata juga berimbas ke suara partai. Partai yang dianggap dekat atau mengusung capres tertentu menjadi kecipratan populer di mata masyarakat.
Dikutip dari detik, salah satu contoh efek ekor jas (coat-tail effect) ada di Pemilu 2009. Saat itu, Soesilo Bambang Yudhoyono begitu populer, sehingga partai Demokrat yang baru didirikan pada tahun 2001 ikut menjadi populer. Hasilnya, partai Demokrat menjadi pemenang di Pemilu 2009.
Maka, para caleg dari partai pengusung berlomba-lomba memasang baliho bergambarkan capres yang diusung partainya. Dengan harapan meraup untung suara sebanyak-banyaknya.
“Dengan demikian, masyarakat tahu, oh itu kawan pak Prabowo. Tak kita pungkiri itu bisa mendongkrak suara kita,” ujar salah satu caleg Gerindra dapil Pekanbaru, Taufik Arrakhman kepada bertuahpos.com, Kamis 21 Maret 2019.
Namun, untung dari efek ekor jas ternyata tak berlaku di semua daerah. Di daerah yang capres tertentu tak begitu populer, memasang foto capresnya malah dikhawatirkan membuat suara calegnya berkurang.
Seperti yang terjadi di Sumatera Barat (Sumbar). Banyak caleg dari partai dari koalisi Jokowi yang tak memasang foto Jokowi. Alasan mereka, Jokowi tak populer di Sumbar, memasang foto Jokowi justru akan membuat mereka buntung kehilangan suara.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Relawan Pemenangan Jokowi (FKRPJ) Sumbar Mayjen TNI (Purn) Hartind Asrin.
“Ya, katanya takut suaranya hilang,” aku Hartind.
Hanya saja, Hartind memaklumi tindakan para caleg tersebut. Sumatera Barat (Sumbar) pada Pilpres 2014 lalu bukanlah lumbung suara Jokowi. Karena itu, tindakan para caleg untuk tidak memasang foto Jokowi-Ma’ruf bisa dimaklumi. (bpc2)