BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pemprov Riau menyatakan telag memesan sebanyak 6.000 rapid test. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah yang dipesan oleh Provinsi Papua, yakni hanya 5.000 rapid test.
Rapid test corona adalah metode tes yang dilakukan secara masal untuk melakukan tes virus corona (COVID-19) di dalam tubuh seseorang. Metode rapid test sendiri adalah cara yang ditiru pemerintah Indonesia dari Korea Selatan.
Rapid test corona ini diklaim cepat dilakukan dan bisa diperiksa ke hampir semua laboratorium kesehatan di rumah sakit yang berada di Indonesia.
Metode rapid test corona di Korea Selatan sejatinya berbeda dari yang diterapkan Indonesia yakni dengan menggunakan Q-tip (semacam stik panjang) untuk mengambil sampel di bagian belakang mulut dan tenggorokannya dan kemudian menempatkannya ke dalam tabung reaksi.
Lalu, tenaga medis juga akan mengusap naik ke hidung hingga membuat seseorang tidak nyaman. Meski demikian, tes ini hanya dilakukan beberapa menit. Setelahnya, setiap orang diizinkan pulang dan dia akan mendapat telepon jika hasilnya positif, atau SMS jika hasilnya negatif. Tes ini dikenal dengan swab.
Tes ini dinilai sangat efektif menekan penyebaran virus corona. Hal itu terbukti lewat angka kematian di Korea Selatan akibat virus Corona turun 0,1%. Tes tersebut bukanlah satu-satunya langkah yang dilakukan Korea Selatan.
Roh Kyoung-ho, seorang dokter yang bekerja di Departemen Kedokteran Laboratorium di Layanan Asuransi Kesehatan Nasional mengatakan ketika para ilmuwan China pertama kali mempublikasikan urutan genetik virus COVID-19 pada Januari, setidaknya empat perusahaan di Korea Selatan diam-diam mulai mengembangkan dan menimbun alat tes ini. Itu mereka lakukan jauh sebelum negara itu mengalami wabah pertama.
Pada saat keadaan memburuk, negara ini telah memiliki kemampuan untuk menguji lebih dari 10.000 orang per hari. Kondisi ini tentu saja sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Sementara, rapid test corona di Indonesia dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan melalui spesimen darah. Juru Bicara Pemerintah Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto menjelaskan bahwa hasil negatif dari Rapid Test tidak memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan tidak sedang sakit.
Terlepas dari semua itu, penanganan masalah Corona memang perlu dudukung oleh semua pihak, terutama untuk mentaati semua anjuran pemerintah. Termasuklah dengan lahkah berdiam diri di rumah, itu merupakan langkah konkrit kita sebagai warga negara untuk mencegah penyebaran wabah virus Corona.
Cara kerja rapid test COVID-19 yang menggunakan sampel darah
Mengutip sehatq.com, rapid tes akan dilakukan dengan menggunakan sampel darah. Di dalam sampel darah tersebut, akan dicari IgG (Immunoglobulin G) dan (Immunoglobulin M). Keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh.
- IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ada di darah dan cairan tubuh lainnya. Antibodi ini, bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat bakteri atau virus yang sebelumnya pernah terpapar di tubuh Anda. Sehingga, saat virus atau bakteri itu kembali, tubuh sudah tahu bahwa ia harus dilawan.
- IgM adalah antibodi yang terbentuk saat Anda pertama kali terinfeksi oleh virus ataupun bakteri jenis baru. Bisa dibilang, IgM adalah garda terdepan pertahanan tubuh kita
Saat tubuh merasa bahwa ada infeksi yang akan terjadi, maka kadar IgM di tubuh akan meningkat, sebagai persiapan melawan virus atau bakteri. Lalu, setelah beberapa saat, kadar IgM akan mulai menurun, digantikan oleh IgG yang akan melindungi tubuh dalam jangka waktu lebih lama.
Sehubungan dengan rapid test COVID-19 yang akan masuk, maka nantinya orang yang menjalani pemeriksaan ini kurang lebih akan menjalani pemeriksaan sebagai berikut:
- Sampel darah diambil sedikit dari ujung jari.
- Lalu, sampel tersebut diteteskan ke alat rapid test.
- Selanjutnya, cairan pelarut sekaligus reagen akan diteteskan di tempat yang sama.
- Tunggu 10-15 menit.
- Hasil akan tampak di alat berupa garis.
- Jika hasilnya positif, maka ada kemungkinan bahwa orang tersebut memang sedang mengalami infeksi. Namun, hasil dari rapid test tidak bisa langsung dijadikan acuan untuk menganggap bahwa orang tersebut positif atau negatif COVID-19.