DALAMÂ alam demokrasi di Indonesia saat ini kepemimpinan erat kaitannya dengan politikus. karena jalur cepat dan paling bergengsi untuk mendapatkan tampuk kepemimpinan adalah jalur politik. Sarananya di NKRI saat ini adalah melalui jalur Partai politik. Maka Partai politik adalah organisasi paling Elit di Bumi Indonesia ini.
Kepemimpinan erat kaitannya dengan aktivitas politik. Ada beberapa kategori definisi politik yang umum; pertama, ada yang mendefinisikan politik dengan aktivitasnya, maka konflik dianggap esensi dari politik. Maka muncullah mekanisme manajemen konflik. Mirip dengan Public Relation (PR). PR atau kehumasan adalah metode yang digunakan untuk mengelola konflik di sebuah institusi, organisasi maupun di perusahaan.
Dalam dunia PR atau kehumasan mereka punya platform; Situation is The Boss (Situasi adalah bosnya). Situasilah yang memegang kendali seperti apa kita harus bersikap. Tapi di politik ini jadi lebih ekstrim lagi, platformnya; We Are The Boss Of Situation (Kita adalah Bosnya situasi).
Kita yang memegang kendali situasi itu mau seperti apa, sesuai keinginan kita. Dan ini permainan tingkat tinggi dan tentua saja berisiko tinggi.
Kedua, ada juga yang melukiskan aktivitas politik itu adalah seni (art) dan ilmu (science). Sulit membedakannya mana yang seni dan mana yang science. Memang diakui,beberapa aspek keterampilan politik adalah “kreativitas†pengumpulan data geopolitik.
Prosesnya memerlukan ilmu dan seni tersendiri. Tapi kenapa politik di pandang sebagai seni lebih disebabkan pekerjaan politikus fokus pada hasil dan mengenai cara itu tidak terlalu penting.
Kenyataan yang tidak bisa ditolak dua elemen penting aktivitas politik adalah kekuasaan (power) dan pengaruh (Influence). Keduanya selalu dipandang sentral dalam kajian politik.
Kekuasaan intinya adalah kemampuan membuat seseorang atau satu pihak bertindak berdasarkan kemauan dan harapan pihak lain yang menginginkannya. Orang bertindak sesuai kemauan kita, itu intinya. Caranya bisa lembut (soft) kita akan kenali dengan cepat melalui pemahaman “Good Public†dan “Good Governanceâ€.Â
Konsep turunannya yang sangat terkenal saat ini adalah; Smart City, Smart Citizen. Sedangkan cara keras dengan menggunakan kekuatan (force) ini akan menghasilkan pemerintahan yang tirani.
Sedangkan pengaruh (influence) biasanya didapat dengan cara persuasi. Karena sejatinya aktivitas politik itu adalah aktivitas personal. Lembaga cuma jembatan untuk mencapai tujuan politik.
Pada mulanya para ahli politik selalu mengaitkan kepemimpinan dengan dengan kekuasaan pemerintahan. Tetapi belakangan ini kekuasaan keluarga, uang, dianggap penentu dalam aktivitas politik. Maka sekarang kita mengenal istilah “orang dalam” dan “uang pelicin”.
Maka aktivitas politik ini berat dan rumit di jiwa para idealis, dan menjadi kontroversi. “Hidup di dunia yang bergetah,” celetuk Dahlan Iskan, aktivitas politik ini perlu idealitas, mentalitas, cerdas, dan isi tas. Inilah rumitnya dan inilah menariknya.
Saya umpamanya mengawinkan dakwah dan kekuasaan. Kalau saya ini ingin mendapatkan doktor, bukan karena saya ingin menjadi ilmuwan. Itu tidak terlalu penting. Yang penting saya mengerti fungsi ilmu itu. Membuat sebuah kemajuan, kekuatan dan sebagainya. Satu diantaranya riset. Dengan kekuatan kekuasaan kita, kita bisa membeli kecerdasan orang semuanya. Tinggal buat target saja. Intinya Kita ingin jadi doktor saja sesuai spesifikasi keilmuan dengan risetnya atau menjadi doktor yang memenej para doktor?
Makanya politik dan kepemimpinan jadi berat bagi sebagian orang yang tidak siap untuk itu. Karena ada kaidah yang menyatakan; al tabadul al i’timad ma’a al ghair, bahwa manusia bersifat saling bergantung adalah benar adanya. Manusia selalu bersama-sama merencanakan dan melaksanakan fungsi penataan, sekaligus memanfaatkan alam bagi kehidupan individu dan sosialnya.Â
Manusia membangunnya saat ini, dalam sebuah institusi yang di sebut Negara. Ini bukan jalan hidup untuk lelaki biasa. Ini adalah pilihan hidup lelaki biasa yang bekerja dengan cara yang luar biasa.
Salam Total Leadership…!