BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Bulyan Syahputra, Owner Najdahfarm, tergolong berhasil menangkap peluang usaha sayuran hidroponik di Bagan Batu, Rokan Hilir (Rohil) Riau.
Usaha ini dia geluti dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya sebagai media tanam. Ide ini muncul di benak Bulyan, saat dirinya mencoba menganalisa tentang kebutuhan dan jumlah suplai sayur-sayuran yang tidak seimbang di daerahnya.
Sebagian besar kebutuhan sayur-sayuran di daerah ini dipasok dari luar daerah. Bulyan yakin bahwa hal itu bisa menjadi peluang usaha, yang menjanjikan, dan ternyata benar, sangat menguntungkan.
“Saya ingin orang-orang di sini tidak lagi mengambil sayur dari luar daerah,” ungkapnya.
Tanaman sayur hidroponik merupakan tanaman tanpa menggunakan media tanah. Tanaman ini tetap bisa tumbuh dengan baik dengan suplai air yang mengandung unsur hara yang cukup.
“Jelas tanpa pestisida,” kata Bulyan. “Sudah pasti kandungan gizi dan seratnya lebih tinggi,” tambahnya.
Gambaran Sederhana Proses Produksi
Adapun langkah penanamannya dimulai dari penyemaian. Bahan yang digunakan rockwol serta bibit pilihan.
Setelah dilakukan penyemaian, bibit akan dibiarkan 1-2 hari sebelum dipindahkan ke dalam green house (rumah hijau) — tempat penumbuhan tanaman tanpa media tanah (hidroponik) yang sudah dibentuk menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Green house seperti sebuah ruangan dengan dinding transparan dengan tetap memprioritaskan cahaya matahari agar tetap bisa didapatkan oleh tanaman.
Setelah 4-5 HST dipindahkan ke media, selanjutnya dimasukkan kedalam lubang netpot dan untuk selanjutnya hanya mengontrol sirkulasi air yang ada pada media tanam.
Hidroponik Jadi Peluang Usaha yang Menguntungkan
Bulyan tergolong berhasil mengembangkan usahanya dalam bidang tanaman hidroponik ini dengan lebel sendiri yaitu ‘Najdahfarm‘, dengan dibantu oleh dua karyawannya.
Dari usaha ini, dia sudah bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah, setidaknya Rp1,5 – Rp1,9 juta perbulannya.
“Di sini masih banyak yang mensuplai sayuran dari luar daerah. Saya melihat usaha ini cukup menguntungkan, karena memang kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sangat tinggi,” ungkapnya.
Pada tahapa awal, dia memasarkan produk sayur hidroponik ini kepada tetangga dan sanak familinya. Bulyan juga pernah coba memasukkan produknya ke supermarket.
Pernah mengalami penolakan, namun usahanya tidak putus. Kini swalayan itu menjadi pelanggan sayuran hidroponik miliknya.
“Saya coba yakinkan kepada kepala gudangnya bahwa sayuran kita kualitasnya lebih baik dan dapat mensuplai terus menerus. Dan alhamdulillah saya sekarang sudah terus mensuplai di swalayan yang ada di daerah kita, sampai saya kewalahan akan banyaknya peminatnya dari sayur,” ungkapnya.
Terdampak Covid-19
Beberapa bulan belakangan — sejak wabah Covid-19 — terjadi pembatasan pada suplai oleh pihak swalayan. Penurunan omzet sudah pasti. Namun Bulyan menyadari hal ini juga dialami oleh banyak pengusaha lainnya.
Salah satu strategi untuk bertahan, dirinya mencoba melakukan pemasaran dengan mekanisme door to door.
Yang jelas, adanya sayur hidroponik produksinya tetap bisa memenuhi kebutuhan sayur-sayuran masyarakat di daerahnya di Bagan Sinembah.
Dengan adanya usaha ini Bulyan mengharapkan kesadaran bagi pemuda khususnya di daerahnya untuk mau kreatif dan mau bekerja.
“Saya ingin pemuda didaerah kita ini kreatif dan mau bekerja, yg bisa banyak namun yang mau tidaklah banyak” katanya. (mg7)