Bukan tanpa kegagalan. Kalimat pendek ini terucap di bibir Mashudi, saat mengawali ceritanya membudidaya ulat maggot di Pekanbaru. Dulunya, dia adalah seorang pelayar dengan gaji US$100/hari. Namun, pekerjaan itu dilepas dan kini dia fokus pada budidaya belatung pengurai sampah itu.
Mashudi kesehariannya di kandang budidaya yang terletak di Jalan Tanjung Datuk, Pekanbaru. Tentu bukan tanpa alasan mengapa dia berpindah profesi dari pelayar.
“Yang membuat saya senang dengan budidaya maggot, karena panennya cepat, Mas,” katanya.
Mashudi kenal dengan ulat maggot dari Youtube. Cara-cara yang tertera dalam video dia praktikkan.
“Waktu itu tahun 2019, saya praktikkan 5 bulan saya gagal, terus saya tinggal lagi berlayar,” ujarnya. “Sebelumnya saya pelayar. Saya dibayar US$100/hari.”
Tidak putus asa, pulang berlayar, dia kembali memulai budidaya ulat maggot di Pekanbaru pada tahun 2020 akhir.
Usahanya kemudian berbuah manis dan usaha budidaya ulat maggotnya terus berjalan hingga kini. “Alhamdulillah, tak ada masalah sekarang,” tambahnya.
Sebelum budidaya lalat BSF, dia juga pembudidaya ikan lele. Ini lah awal mula sampai dirinya terjun langsung untuk membudidaya ulat maggot.
Tujuannya beternak maggot tak lain untuk menghemat biaya operasional di pakan. Ulat maggot yang dia ternak langsung untuk pakan utama ikan lelenya.
“Memang tujuan utama saja ternak maggot itu untuk pakan lele, pakan unggas, seperti ayam dan lainnya. Lagi pula, 2-3 minggu sudah bisa panen untuk fresh maggot, itu yang membuat saya tertarik budidaya ulat maggot,” tuturnya bercerita.
Mashudi membagikan pengalamannya, bahwa hal yang paling penting dalam budidaya maggot harus di tempat yang rapat. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir hama, seperti tikus, gurem, kutu, hingga semut.
“Kalau untuk mengatasi semut cukup semprot regent. Sehari minimal 3 kali. Untuk 1 liter air cukup kasi regent 5 tetes saja, lalu disemprotkan ke bagian kandang yang ada semutnya,” jelasnya.
“Kalau untuk mengatasi hama gurem, yang penting itu di media. Medianya itu jangan sampai kekeringan.”
Dari pengalamannya, 6 bulan menggeluti budidaya ini, dia sudah paham dan mengerti cara mengatasi masalah-masalah yang timbul.
Dia menyarankan kepada pemula, sebaiknya melakukan budidaya ulat maggot di bak semen. Agar lebih mudah melakukan perawatan dan proses pemanenan.
“Kalau mau pakai sistem rak juga boleh, tapi sebaiknya 1 tingkat saja. Kalau 2 tingkat, nanti banyak kesulitan. Kalau ada kesulitan silahkan hubungi saya, tak kasih ilmunya, gratis,” katanya sambil tertawa.
Ulat maggot mengandung protein 40% hingga 50% dan sangat baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi hewan ternak. Hewan ternak yang diberi pakan ulat maggot akan lebih cepat besar.
Namun demikian tetap harus didampingi dengan pakan lain, mengingat nutrisi yang dibutuhkan hewan ternak tidak cuma protein, tapi juga karbohidrat dan nutrisi lainnya.
Dia bercerita saat-saat gagal dalam budidaya maggot lantaran tak bisa memisahkan antara ulat maggot dengan kasgotnya.
“Terus ngatun makanya saya belum pandai waktu itu. Waktu itu memang belum ada pakan giling cuma pakan cacah-cacah,” terangnya.
Keberhasilan Mashudi dalam budidaya belatung pengurai sampah ini tidak cuma dengan belajar secara otodidak di Youtube.
Dia rela merogoh kocek lebih dalam untuk ikut kursus dan memutuskan bergabung dalam komunitas Yuri BSF, sebuah komunitas khusus budidaya ulat maggot.
“Cuma selama ini dikasih ilmu saya terima, saya baca, terus saya praktikkan. Kalau ada kendala pun saya cari solusinya sendiri,” tuturnya.
Dia berpesan bagi pemula, bahwa untuk budidaya ulat maggot sebaiknya jangan berpikir untuk untung, tapi fokus untuk pakan ternak sendiri.
Sampai pada waktunya, seluruh kebutuhan untuk pakan ternak terpenuhi barulah sisanya di jual. “Saya sudah banyak lihat teman-teman yang budidaya maggot untuk jual, biasanya tak bisa bertahan lama,” ungkapnya.
Saat ini, dengan menjual ulat maggot per hari dia bisa meraup omzet hingga Rp9 juta/bulannya. “Permintaan itu banyak, kita yang nggak sanggup melayani,” tuturnya.***