BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU — Setidaknya 2 dari 5 pelabuhan yang dipersiapkan untuk trayek tol laut di Riau, dipastikan sudah bisa beroperasi pada tahun 2022. Keduanya yakni Pelabuhan Air Putih di Kabupaten Bengkalis dan Pelabuhan di Selatpanjang, Kepulauan Meranti.
Kabid Kepelabuhan Kabupaten Bengkalis Hurri mengungkapkan, bahwa Pelabuhan Air Putih Bengkalis sudah siap secara fisik untuk melaksanakan proyek T-1.
Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan pada jalur masuk pelabuhan, tersedianya gudang dan adanya lapangan penumpukan dari beton.
Dia menambahkan, perencanaan pengelolaan akan di kelola oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP).
“BUP proses administrasi Kemenkumham sudah selesai. Sekarang lagi mengurus WSSnya di Kementerian Perhubungan. Kami juga sudah bersurat dengan Kementerian Perhubungan untuk melakukan uji standar,” jelas Hurri.
Sementara itu KSOP Selat Panjang Leonard menuturkan trayek T-1 telah terealisasikan di Kabupaten Meranti. Hal ini dapat dilihat dari adanya kapal Tol Laut yang berlabuh pada Januari lalu.
“Kabupaten Meranti punya dua pelabuhan yaitu Tanjung Harapan milik PT. Pelindo dan Pelabuhan Dorak yang masih on progress karena terkait lahan yang belum dihibahkan,” tuturnya.
Dijelaskan, terkait pelabuhan Dorak sudah ada rencana induk yang mana untuk studinya juga sudah disusun oleh pemerintah pusat dengan status pengumpul regional ditetapkan oleh gubernur.
“Untuk Tanjung Harapan jalannya masih tanah dan alat bongkar muat masih gerobak,” jelas KSOP Selatpanjang.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pelayaran Pemprov Riau, Rudy Hendry menjelaskan, kelima pelabuhan yang dipersiapkan untuk trayek tol laut tersebut terdapat di Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Meranti, Dumai, Indragiri Hilir dan Tanjung Buton di Siak.
“Sedangkan untuk pelabuhan yang sudah siap, terdapat di Bengkalis dan Selat Panjang di Kepulauan Meranti,” katanya, Jumat, 15 April 2022 di Pekanbaru.
Trayek Tol Laut Provinsi Riau ini merupakan usulan dari hasil rapat Gubernur Riau Syamsuar dengan Menteri Kemaritiman Investasi beberapa waktu lalu.
Fasilitas ini dibangun dalam rangka menunjang pelayanan publik untuk angkutan barang di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan.
“Hal ini dilakukan agar ongkos angkut per kilometer lebih murah. Tujuan lainnya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan disparitas harga di daerah terpencil,” kata Rudy.
Dia menambahkan, sejauh ini memang ada beberapa kendala yang dihadapi. Namun kendala tersebut sudah diakomodir. Adapun diantaranya, perlu adanya uji ketahanan dermaga, penetapan argo alur pelayaran.
Hal lain yang turut menjadi kendala, yakni akses jalan yang belum memadai, perlu pembaharuan alat bongkar muat yang selama ini hanya menggunakan metode tradisional, seperti gerobak menjadi crane.
“Kendala lain, perlu ada fasilitas pendukung seperti gudang si sekitar pelabuhan, termasuk fasilitas-fasilitas lainnya,” terangnya.***