Hal ini dikarenakan keindahan deretan lampu yang tertata membentuk representasi visual miniatur bangunan tiga dimensi yang berbentuk masjid.
Pengunjung yang datang seolah-olah dibawa kembali ke masa lalu. Menjelang Idul Fitri, setiap masjid dihiasi dengan lampu-lampu untuk menyambut malam Lailatul Qadar dan Idul Fitri.
Keindahan 3.000 lampu colok di halaman kantor ini menjadi pemandangan yang syahdu bagi para pengendara yang melintasi Jalan Lintas Timur malam itu.
Ya, lampu colok adalah tradisi kuno. Sebelum adanya listrik, lampu-lampu ini digunakan untuk menerangi jalan dan taman. Saat tradisi ini berlangsung, jalan menuju pusat desa dan jalan menuju masjid dihiasi lampu colok.
Untuk melestarikan tradisi unik ini, Pemerintah Kota Pekanbaru menyelenggarakan festival lampu hias ini. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir festival ini tidak diadakan di Pekanbaru karena wabah Covid 19.
Kebetulan, festival ini diresmikan langsung oleh Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun yang didampingi oleh Ketua DPRD Pekanbaru Muhammad Sabardi.
Festival lampu colok ini diselenggarakan mulai dari malam 27 Ramadan hingga 30 Ramadan di kota Pekanbaru.
“Festival kali ini sangat memukau dan sempurna. Apalagi di sini dipasang 3000 lampu colok, yang membuat suasana gagap gempita. Ini merupakan budaya dari masa dulu. Kami mengenang jika zaman dahulu belum ada listrik masyarakat Melayu Pekanbaru beraktifitas di malam Bulan Ramadan menggunakan lampu colok, seperti tadurus, bayar zakat fitrah dan lain sebagainya,” kata Muflihun.
Muflihun juga mengapresiasi lampu colok yang dipasang di halaman Kantor Camat Kulim ini, dia mengaku kagum dan tidak henti-hentinya mengucapkan syukur.
“Jika dulunya hanya berbentuk sebatang buluh yang dipotong – potong, lalu ditanam sepanjang jalan. Saat ini lampu colok diuat berbagai model. Sehingga memantik syahwat maayarakat untuk menyaksikannya. Semoga budaya ini tetap bersinar tak hilang ditelan zaman,” harapnya.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Sabarudi yang turut hadir menyampaikan rasa kagumnya atas Festival ini.
“Alhamdulillah, kita sangat senang festival yang sangat bernuansa islami ini masih ada. Ini merupakan khasanah daerah kita, yang wajib kita pertahankan,” kata usai acara di Kantor Camat Kulim.
Disampaikan, bahwa lampu colok ini bentuk tradisi masyarakat Melayu, dalam memeriahkan bulan suci Ramadan dan suka cita menyambut hari Lebaran. Biasanya, pada sepuluh hari terakhir Ramadan, masyarakat akan memasang lampu colok di depan rumahnya.
“Jadi kami di DPRD Pekanbaru sangat mendukung festival lampu colok ini, terus dilaksanakan Pemko. Jika perlu tidak hanya di Ramadan saja, tapi hari-hari besar Islam juga digelar. Harapannya ke depan, anak cucu kita di Kota Pekanbaru ini terus bisa melaksanakan kegiatan mulia ini,” harapnya.
Sementara itu, Camat Kulim Raja Faisal menyampaikan ribuan terima kasih kepada seluruh masyarakat Kulim yang telah bergotong-royong mensukseskan acara ini.
Suksesnya acara ini karena semua pihak. Terutama masyarakat, yang secara bersama- sama bergotong-royong mengumpulkan kaleng-kaleng bekas, bambu dan lainnya.
“Dengan waktu yang cukup singkat, Alhamdulilah berhasil juga. Sekali lagi, saya secara pribadi dan lembaga menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada masyarakat. Mari kita meriahkan festival ini sampai selesai,” ajak Raja Faisal.