BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Peringatan May Day (Hari Buruh) yang jatuh pada tanggal 1 May biasanya akan dimerihkan dengan aksi demonstasi turun ke jalan. Para buruh yang turun ke jalan bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak buruh yang dirasa belum terpenuhi dengan layak.
Â
“Kalau kita lihat untuk saat ini, gejolak itu mulai berkurang,” ujar Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau Peri Akri, Kamis (30/04/2015).
Â
Selaku sekjen Apindo Riau, Peri menghimbau agar sejumlah perusahaan yang tergabung dalam member Apindo untuk ikut serta berpartisipasi merayakan hari buruh sesuai porsinya.
Â
“Walaupun perusahan cuma mengadakan acara-acara sederhana dilokasi perusahaanya masing-masing. Kita himbau, adalah semacam kegiatan-kegiatan untuk memperingati May Day,” tambahnya.
Â
Sejauh ini dia mengakui bahwa Apindo akan terus memberi ruang untuk mengakomodir tuntutan-tuntutan buruh yang bersifat normatif. Apindo juga akan menghadiri perayaan hari buruh yang digelar oleh Serikat Buruh di Gedung Juang pada Jumat besok.
Â
May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Â
Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi pada tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.
Â
Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey.Â
Â
Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja dan para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. (melba)