BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pemko Pekanbaru dituding selalu mengeluarkan kebijakan “aneh” sehingga Perda tersebut membuat masyarakat bingung dengan tujuan pemerintah dalam membuat kebijakan. Salah satunya soal pengelolaan sampah di Pekanbaru, dimana setiap kebijakan yang dikeluarkan mengenai masalah ini tidak lain berorientasi pada proyek semata.
Kritikan ini dilontarkan oleh Pengamat Perencanaan dan Tata Kota, Mardianto Manan, saat berbincang dengan bertuahpos.com, Senin, 21 Januari 2019 di Pekanbaru. Menurut Mardianto, masyarakat secara umum mengetahui ada banyak kebijakan Pemko Pekanbaru yang keliru dalam menangani persoalan ini, sehingga terkesan bahwa setiap kebijakan dikeluarkan tergantung selera proyek.
“Contoh sederhana, Pemko Pekanbaru membuatkan tong sampah di jalan itu dengan dua model, kuning dan biru, kan. Maksudnya ada sampah organik dan ada sampah non organik. Bagus, mendidik masyarakat supaya bisa memilih mana sampah organik dan non organik. Tapi setelah datang mobil pengangkut sampah di dalam mobil dicampur lagi. Jadi untuk apa sampah itu dipilih masyarakat. Ini kan aneh sekali menurut saya,” ujarnya.
Dia menyebut, bahwa kebijakan seperti ini jelas menunjukkan bahwa Pemko Pekanbaru sama sekali tidak mengedepankan program dalam membuat sebuah kebijakan. Sehingga dalam penerapannya, kata Mardianto, tidak hanya masyarakat, tapi Pemko Pekanbaru sendiri kebingungan dengan kebijakan yang sudah mereka buat.
Untuk melihat sebuah kebijakan berbasis program, pada prinsipnya sangat sederhana dan mudah. Mardianto memberi gambaran, misalnya di suatu kawasan ingin dijadikan tata kota yang baik, seperti di kawasan jalan protokol. Maka bisa disusun target jangka panjang, 5-10 tahun kedepan kawasan ini akan menjadi teduh atau taman dengan fasilitas umum yang lengkap.
Baca: Swastanisasi Sampah Bukan Solusi, Pakar: Serahkan ke ‘Masyarakat’
Selanjutnya, ada target pencapaian tahunan, yang kemudian itu dievaluasi untuk mewujudkan target jangka panjang. Artinya Pemko Pekanbaru sudah merencanakan secara matang langkah-langkah pencapaian untuk mewujudkan target tersebut.
Namun kenyataannya, disebut Mardianto, jauh panggang dari api. Bahkan setiap 6 bulan sekali selalu ada pot bunga baru, atau tanaman baru ditanam di sepanjang jalan protokol. “Rasanya sudah bertahun-tahun masyarakat melihat pemandangan seperti itu, tapi kok tamannya enggak selesai-selesai. Sama saja jika kita lihat soal sampah. Selalu ada aturan baru, selalu ada perusahaan baru yang ditunjuk mengelola sampah, tapi hasilnya nihil,” sambungnya.
Contoh sederhana, kata Mardiantio, Pemko Pekanbaru harus punya target jelas, misal dalam jangka waktu 10 tahun kedepan tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehat harus terwujud. Tentu harus ada upaya-upaya atau tindakan riil mengarah pada tujuan tersebut. Namun Faktanya hingga kini Pemko Pekanbaru malah terus disibukkan dengan swastanisasi sampah. (bpc3)