BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Gubernur Riau, Syamsuar mengakui bahwa air di Sungai Siak sudah lama tercemar. Hanya saja selama ini tidak ada pihak-pihak dari pemerintah yang menanggapi masalah ini secara serius.Â
“Sungai Siak ini sudah tercemar. Saya akan dudukkan masalah ini dengan Pemko Pekanbaru,” ungkapnya, Selasa, 19 Maret 2019.
Pada saat pertemuan RKPD di Hotel Aryaduta pekan kemarin, Syamsuar juga sempat menyinggung pesoalan ini. Dia meminta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau agar bisa bisa susun program yang sejalan dengan penanganan masalah pencemaran air sungai dalam APBD, agar masalah ini bisa ditangani secara linier oleh pemerintah.
Syamsuar menyebut, pihaknya sudah membahas masalah ini dengan Pemko Pekanbaru, agar upaya mengatasi masalah pencemaran air Sungai Siak sejalan dengan penataan sungai di kawasan Jembatan Marhum Bukit itu, dengan konsep water front city.
“Ke pemerintah pusat juga masalah ini sudah kami bicarakan untuk penataannya melalui Kementerian PUPR karena kewenangannya sudah ada di pusat. Kita ini kalau tidak menjolok (meminta), tak dapat,” ungkapnya.
Tahun 2017, Arsyadjuliandi Rachman yang ketika itu masih menjabat sebagai Gubernur Riau dapat pesan yang cukup mengagetkan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan terkait kondisi sungai itu.
Kondisi Sungai Siak sudah hampir sama dengan Sungai Citarum, Jawa Barat untuk kasus pencemaran limbah rumah tangga. Seperti barang bekas dan sampah plastik. Masalah pencemaran air di Sungi Siaktak bisa dianggap sepele. Pusat meminta Pemda serius tangani masalah ini jika tidak ingin berdampak buruk akhirnya nanti.Â
Jika melihat persoalan yang kini dihadapi pada Sungai Citarum, Jawa Barat, memang sudah mendekati menjadi masalah nasional. Penggiat lingkungan Greenpeace pernahmelaporkan bahwa sungai ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar sungai di Jawa Barat.
Ratusan industri tumbuh bak jamur di pinggir sungai itu, dan menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran sungai, karena terpapar limbah. Di daerah hulu Citarum sedikitnya terdapat sekitar 500 pabrik. Dari jumlah tersebut hanya 20 persen yang betul-betul melakukan pengelolaan limbah produksi sesuai prosedur. Lantas bagaimana dengan Sungai Siak? (bpc3)