BERTUAHPOS.COM, BUKITTINGGI – Hingga kini sudah 32 tahun Bukittinggi menyandang status sebagai Kota Destinasi Wisata di Kawasan Sumatera, 11 Maret 1984-11 Maret 2016.
Walau sudah berumur dewasa, namun masih banyak keluhan pengunjung atau wisatawan lokal dan mancanegara yang datang. Mulai dari persoalan parkir, harga kuliner di Rumah Makan dan Restoran yang dianggap masih mahal dan tidak memiliki harga tetap.
Kemudian juga soal kebersihan, penataan lokasi pedagang serta keamanan dan kenyamanan pengunjung. “Memang masih banyak tugas pembenahan yang mesti dilakukan. Tentu ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk mewujudkan sapta pesona Bukittinggi kota wisata,” jelas Kasi Kebudayaan dan Seni Tradisi Dinas Pariwisata, M.A Dt.Sinaro, Jumat (11/03/2016) beberapa jam menjelang malam resepsi puncak peringatan 32 th Bukittinggi Kota Wisata.
Disampaikan Dt. Sinaro, kedepan semua masyarakat Bukittinggi disegala propesi harus terlibat dalam mewujudkan Kota wisata. Mulai dari pedagang, sopir angkot, pedagang hingga petugas.
Keterlibatan masyarakat, disampaikan Dt. Sinaro, suatu keharusan dalam menciptakan kondisi yang ramah serta melayani terhadap wisatawan lokal maupun mancanegara. Tentu, setiap pengunjung yang datang butuh ketenangan, kenyamanan dan kepastian soal harga kuliner di rumah makan dan restoran.
“Semuanya harus terlibat, memasyarakatkan pariwisata. Tukang parkir harus melayani, sopir angkot, pedagang, pelaku wisata, penyedia jasa seperti hotel dan semua pihak. Dengan begitu, tentu tidak akan ada lagi harga parkir mahal, harga kanan mahal karena “main pakuak”. Bila semua masyarakat sudah melayani, maka pariwisata Bukittinggi semakin baik dan masyarakat ikut menikmati,” jelasnya.
Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Bukittinggi Fauzan Haviz, menyebut jika suatu kota bisa dikatakan sebagai kota wisata bila memiliki beberapa faktor.Salah satunya, disampaikan Fauzan, kota wisata semua hari merupakan hari libur.
“Kalau dikota wisata itu tampak pengunjung baik dihari libur ataupun tidak sama banyaknya. Kalau kita ramai disaat hari-hari libur saja, maka tentu ini tugas berat Pemerintah untuk mewujudkan ini,” jelasnya.
Politisi PAN Bukittinggi ini juga mencontohkan, jika Negara Singapure dengan jumlah penduduk 7 juta seimbang dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 7 juta setiap tahun. Namun, di Negara Austria, jumlah penduduk dengan jumlah kunjungan wisatawannya jauh lebih besar jumlah wisatawan.
“Artinya, setiap daerah itu punya andalan. Bila di Autria itu yang membuat orang banyak berkunjung karena simponi musik keroncongnya. Jadi Bukittinggi harus punya sesuatu selain Jam Gadang, TMSBK, Panorama Ngarai Sianok dan Lobang Jepang,” sebutnya.
Penulis: Khatik