BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Danrem 031 Wira Bima Brigjen Nurendi mengatakan, hingga saat ini belum ada satupun yang mau memberi jaminan akomodasi bagi personil TNI-Polri dan satuan lain yang ikut dalam melakukan tindakan pendecegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau.
Dia menyebutkan, idealnya untuk melakukan pencegahan harus diturunkan sebanyak 3.849 peronil, baik dari satuan TNI, Polri, Manggala Agni dan BPDB. “Cuma yang mau kasih makan prajurit saja siapa?” katanya dalam Rapat Koordinasi Satgas Siaga Darurat Karhutla di Lanud, Pekanbaru, Senin (30/05/2016).
Atas dasar itu, menurut dia logis jikalau tahun 2016 ini masih terjadi Karhutla. Titik kuat sebenarnya sejak awal sudah dipetakan sebelumnya. Termasuk tugas dan strategi di lapangan sudah terpetakan. Namun demikian, konsep tersebut tidak bisa dilakukan karena terkendala anggara akomodasi tersebut.
Sejauh ini, langkah pencegahan hanya dilakukan dengan menempatkan personil dibeberapa titik dengan bantuan Pemda dan Perusahaan. Setidaknya bisa menutup untuk kebutuhan akomodasi prajurit. “Namun persoalannya, masa harus minta terus,” tambahnya.
Untuk saat ini sudah ada sebanyak 45 perorangan yang diproses secara hukum karena masalah Karhutla. Dia juga menyindir soal janji Presiden RI soal wacana pencopotan petinggi TNI jika masih terjadi Karhutla. Menurut dia, hal itu hanya bentuk keseriusan yang ditunjukan Pemerintah Pusat terhadap masalah Karhutla.
Konsep itu secara umum menyepakati, namun memang masih terkendala masalah dana untuk akomodasi. Saat ini jumlah personil yang tergabung dalam 4 instansi itu hanya 2.00 lebih. Maka jangan heran jika Karhutla masih terjadi.
Dengan ketidakmampuan menggelar dengan jumlah sebanyak itu masih ada celah yang tidak terakomodir. Kalau ada muncul titik api itu masih logis. Sampai sekarang tidak ada yang menjamin siapa yang akan memberi makan prajurit.
“Yang penting prajurit saya makan. Kalau bergeser ke titik kuat berpindah dari pangkalan, maka prajurit saya harus diberi makan, itu saja,” katanya.
Dia meminta Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten/kota untuk ikut memikirkan hal itu. Menurutnya, bahkan tidak mungkin jika tugas melakukan pencegahan Karhutla itu harus dibebankan kepada prajurit.
“Kan tidak mungkin kalau mereka makan cari sendiri. Mobilitas arah yang tidak terpantau itu masih banyak yang terbakar. Itulah mengapa kemaren masih ada titik api. Personel yang turun untuk pencegahan malah jadi pemadam kebakaran,” tambahnya.
Penulis: Melba
Â