BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kontraksi sektor pertambangan Riau pada triwulan 1-2016 tercatat lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan IV-2015. Yakni hanya 5,50%. Dengan kata lain terkontraksi sebesar 2,92%.
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Riau Ismet Inono mengatakan, kontraksi tersebut lebih utama didorong pada subsektor pertambangan minyak bumi dan gas bumi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, penurunan tersebut disebabkan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi dan keterbatasan perusahaan untuk melakukan eksplorasi serta investasi, di tengah melemahnya harga minyak dunia yang tidak memenuhi nilai keekonomiannya.
“Kondisi ini juga tercermin dari pencapaian lifting minyak bumi Provinsi Riau yang hingga triwulan 1-2016 masih cenderung melanjutkan tren menurun,” katanya.
Baca: Kalau Terus Bergantung Pada Migas dan Sawit, Ekonomi Riau Sulit Bangkit
Pada bulan Januari 2016 total produksi minyak melesat di Provinsi Riau sebesar 263,07 ribu barrel per hari, menurun jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 302,81 ribu barrel per hari. Sementara itu hasil kinerja lifting minyak bumi di Riau ke depannya diperkirakan akan semakin menurun akibat penurunan produktivitas sumur minyak yang sudah tua. Dan minimnya penemuan sumber cadangan minyak baru yang produktif di Provinsi Riau.
Beberapa perusahaan pertambangan minyak berusaha menahan laju penurunan produksi melalui penggunaan alat-alat driling berteknologi tinggi. Seperti injeksi uap dan mulai melakukan uji coba bahan-bahan kimia, mialnya injeksi kuman serta bahan kimia lainnya agar dapat mengambil sisa-sisa minyak bumi.
“Namun tingginya biaya investasi tidak sebanding dengan harga minyak saat ini, sehingga tidak mempengaruhi nilai ekonomisnya,” tambahnya.
Baca: Soal Migas dan Sawit, Perbankan Harus Peka
Menurut Ismet, masalah lain yang dihadapi perusahaan pertambangan minyak adalah pada perizinan misalnya izin eksplorasi, izin pertambangan sumur dan fasilitas produksi, serta izin Amdal. Termasuk soal pembuangan limbah, dimana terjadi tumpang tindih antara peraturan dibeberapa titik.
Disisi lain, perbaikan kontraksi di sektor pertambangan dan penggalian bersumber dari perbaikan kinerja pertambangan baru bara yang tercatat juga mengalami kontraksi 24,44%, membaik dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 73,19%.
Penulis: Melba