BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Gubernur Riau Asyadjuliandi Rachman mengakui, dengan beberapa kebijakan pemerintah pusat serta turunnya harga komoditi unggulan Riau, sangat memungkinkan membuat provinsi ini akan kekurangan uang ditahun 2017.
“Kalau kekurangan uang jelas. Permintaan pembangunan banyak di pesisir. Investasi di pesisir itu tidak bisa murah. Bisa dua sampai tiga kali lipat biayanya dibanding daratan. Kami imbau untuk pejabat dan perguruan tinggi, harus ada inovasi,” katanya.
Dia menyebutkan, sejak awal Pemrintah Provinsi Riau sudah sempat membahas masalah ini. Neraca keuangan pemerintah sudah dipersiapkan dengan hitung-hitungan pendapatan yang tersisa. Baik dari sektor migas dan sawit sebagai komoditi unggulan, hingga pendapatan asli daerah.
Untuk sektor migas dan sawit, diterima Riau dalam bentuk dana bagi hasil. Namum kondisi harga kedua komoditi itu terus memburuk, pemerintah tidak bisa terus-terusan bergantung pada sektor ini. Dia mengatakan dalam melaksanakan anggaran itu. “Kalau mengacu pada neraca yang sudah kita buat, untuk sementara aman,” katanya. “Tapi tetap harus dimonitor.”
Selanjutnya, langkah efesiensi pembangunan harus dilakukan. Misalnya, Dinas Cipta Karya menjalin dan melakukan komunikasi dengan kau akademisi yang sejurus dengan itu. Untuk mendapatkan langkah-langkah melakukan pembangunan yang efisien dan murah.
Termasuk sektor perkebunan dan UMKM di Riau, untuk melakukan pengembangan membantu keterbatasan Riau. Andi Rachman juga mengakui, kondisi Riau sangat jauh berbeda dengan tempo dulu. Dimana kondisi keuangan pemerintah masih kuat.
“Sementara sekarang uang sudah berkurang, dan kita harus membangun di daerah yang sulit. Jadi perlu inovasi untuk melakukan itu,” tambahnya.
Untuk saat ini, pemerintah tidak lagi bisa terus mengharapkan pada sektor migas, mengingat harga komoditi itu belum ada tanda-tanda perbaikan harga. Sedangkan untuk sektor sawit, harga yang bertahan saat ini tidak ada yang bisa jamin untuk terus bertahan.
Bagaimanapun dari sisi perkebunan, pemerintah hanya bisa mendorong untuk memperkuat pasar domestik, atau pasar dalam negeri. Misalnya dengan membangun hilirisasi, dan mengurangi ekspor. Selama ini, bahan baku dari sawit memang banyak melintas keluar dan kembali ke Riau dalam bentuk komoditi jadi, seperti sabun, kosmetik dan minyak.
“Satu-satunya langkah, memang harus dilakukan efisiensi dan mendorong untuk dilakukannya mini refinery,” tambahnya.
Penulis: Melba