BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim menyesalkan adanya aksi demonstrasi oleh para dokter di Kejari Pekanbaru, hingga harus mengabaikan pelayanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad (RSUD AA).Â
Aksi demonstrasi oleh para dokter ini digelar pada Selasa, 27 November 2018 kemarin. “Saya cuma mengingatkan, jangan sampai kita-kita ini berada pada posisi yang salah,” katanya, Kamis, 29 November 2018.Â
Meski tidak berada di Pekanbaru pada saat aksi demonstrasi tersebut, dia mengklaim terus memantau perkembangan aksi unjuk rasa tersebut. Bahkan beberapa kali Wan melakukan panggilan melalui selulernya kepada Dirut RSUD AA, Nuzelly Husnedi untuk memastikan agar pelayanan di rumah sakit tetap berjalan baik.
Sebelumnya diakui Nuzelly memang aksi demo itu sempat mengganggu proses pelayanan di RSUD Arifin Achmad. Nuzelly bahkan turun menyambangi massa aksi untuk memberikan arahan mengenai masalah pelayanan tersebut.Â
“Sekarang bukan soal posisi membela yang salah, tapi apa solusinya. Hari ini saya sudah terima laporan Pak Dirut kalau situasi sudah normal kembali. Sejauh ini sudah aman. Saya juga tidak setuju kalau unjuk rasa mereka (dokter) sampai harus menelantarkan pasien,” sambungnya.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Pekanbaru, Suripto Irianto mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan penangguhan penahanan 3 dokter RSUD Arifin Achmad yang diduga melakukan korupsi.
Dikatakan Suripto, hal itu berkaitan dengan profesi dokter ketiganya, yang memang sangat dibutuhkan masyarakat. Namun, di sisi lain, pihaknya punya pengalaman tersangka yang kabur.
Baca juga:Â Soal Sanksi Dokter Telantarkan Pasien, Dirut RSUD AA: Sedang Kami Pelajari
“Saya tak bisa memutuskan sendiri, itu diteruskan ke pimpinan (penangguhan penahanan). Kebetulan pimpinan, termasuk pak Kajati, sedang rapat kerja (raker) di Bali,” jelas Suripto kepada bertuahpos.com, Rabu 28 November 2018.
Suripto melanjutkan pihaknya mempunyai pengalaman 14 tersangka yang minta penangguhan penahanan. Namun, ketika sidang dan terbukti, para tersangka melarikan diri. “Dan untuk menangkapnya lagi susah. Buang tenaga, buang biaya,” kata dia.
Namun, di sisi lain, 3 dokter yang diduga korupsi ini adalah dokter yang memang dibutuhkan oleh masyarakat. “Inikan dokter ahli yang sangat dibutuhkan masyarakat. Saya tak bisa putuskan sendiri, tunggu pimpinan dulu,” pungkas dia.
Sebelumnya, Sekretaris Ikatan Dokter Bedah Indonesia (IKABI) Riau, dr Andrea Valentino mengatakan ada kriminalisasi terhadap rekan sejawatnya tersebut.
“Bahwa pada tahun 2012 hingga 2013, rekan sejawat kami tak bisa melakukan operasi pasien trauma maxilofacial. Mengapa? Karena Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) RSUD Arifin Ahcmad tak memilik instrumen dan alat habis pakai untuk operasi tersebut. Solusinya, BLUD RSUD meminjam alat milik rekan kami ini untuk melakukan operasi tersebut, dan terus dipinjam hingga ratusan kali,” terang dr Andrea Valentino.(bpc3)