Sambung Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau ini, jejaring sosial memiliki kekuatan sendiri. Secara teori media social ataupun blog merupakan fifth estate.
Sehingga bila pemimpin suatu daerah tak akrab dengan media sosial maka bakal rentan beredarnya informasi yang tidak benar atau bernada provokasi menimbulkan konflik horizontal seperti terjadi di berbagai daerah. Termasuk pemberitaan suatu daerah yang kerap dikritisi masyarakatnya sendiri.
Untuk itu dirasa perlu Pemimpin daerah tidak hanya Gubernur Riau, Annas Maamun, bupati juga mesti ikut interaktif lewat medsos agar tak terkena Bullying. “Harusnya seorang kepala daerah dapat memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan rakyatnya,” ujarnya.
Dirinya memaparkan dengan kondisi masyarakat khususnya Riau maupun kabupaten lainnya yang mulai melek teknologi, medsos bisa menguntungkannya sebagai pemimpin daerah. Sebab mereka tak perlu memiliki media massa untuk menyapa rakyatnya.
Firdaus mencontohkan tidak sedikit pemimpin di Indonesia yang rajin menggunakan media sosial. “Seperti Ridwan Kamil Walikota Bandung. Dia rajin menyapa warganya melalui media sosial dan rajin menanggapi keluhan warganya. Ya jadi lebih dekat,” sebutnya.
Terlebih lagi dalam mensosialisasikan suatu kebijakan, bakal bisa lebih cepat dan bakal langsung ditanggapi. Sebab pemimpin yang berkomunikasi lewat medsos tidak lagi satu arah, mereka bisa mendengar langsung tanggapan dari masyarakatnya.
Namun dirinya menyebutkan kritikan yang bermunculan di media sosial tentunya mesti ditanggapi kepala daerah secara arif. “Kritik menjadi cermin bagi pemimpin untuk memperbaiki kebijakannyadengan sering mendengar kritik, pemimpin akan lebih baik dan dicintai rakyatnya,” tutupnya. (riki)