BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – “Jika kamu melihat manusia, maka katakanlah kepadanya: Sesungguhnya aku telah bernazar puasa untuk Tuhanku yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun hari ini,” ujar Jibril (Al-Quran: Maryam, 26).
Beberapa hari setelah kelahirannya, Nabi Isa dibawa pulang ke kampung ibunya. Orang berkerumun melihat putra Maryam.Â
Dia dicemooh karena membawa bayi tanpa ayah. Maryam mendapat tuduhan berbuat zina, padahal ia berasal dari keluarga baik- baik.Â
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan perbuatan mungkar.”
“Hai saudara perempuan Harun (Maryam), ayahmu bukan penjahat dan ibumu bukan pezina.”Â
Maryam tidak menanggapi tuduhan itu, tetapi memberi isyarat kepada bayinya, lalu orang kampung itu berkata, “Bagaimana kami berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
Tiba-tiba, bayi itu menjawab, dengan lantang, bahawa sesunggugnya dia adalah hamba Allah, Allah memberikan kitab (Injil) kepadanya dan menjadikan dia sebagai seorang nabi.
“Dia (Allah) memberikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memberikan perintah kepada ku untuk mendirikan salat dan membayarkan zakat selama hidupku,” jawab Nabi Isa dari dalam ayunan.
“Dan aku akan berbakti kepada ibu ku, sebab dia tidak menjadikan aku orang sombung lagi celaka,” sambungnya.
Isa membungkam semua tuduhan itu. Dialah Isa, putra Maryam. Namun umatnya membantah kebenaran ajaran Allah yang dibawa Isa. Memang tidak layak bagi Allah memiliki anak. Namun apabila dia berkehendak, maka jadilah.
Nabi Isa dikhitan pada usia 8 hari, sesuai dengan syariat para nabi sejak Nabi Ibrahim. (bpc3)