BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pengadaian itu bisa membantu banyak orang. Kalimat itulah yang menjadi motivasi dari Mulyono, Kepala Kantor Wilayah (Korwil) II Pekanbaru hingga mampu bertahan hingga 23 tahun lamanya di salah satu perusahaan besar milik negara ini.
Dirinya bukan tanpa alasan memilh berkarir di perusahaan yang bermoto menyelesaikan masalah tanpa masalah.
“Waktu saya kecil, ibu saya membiayai sekolah dengan menggadai. Jadi rasanya tertarik, Pegadaian bisa membantu banyak orang,” ujarnya, Rabu (23/07/2014) di ruang kerja.
Oleh karena itu saat lulus SMA di Banyumas, dirinya mengikuti program diploma pegadaian, Badan Pendidikan dan Layanan Keuangan (BPLK) tahun 1991. Padahal pilihan lelaki kelahiran, Banyumas, 7 Juli 1968 ini, sempat ditentang orang tua.
“Keluarga inginnya saya seperti bapak, menjadi seorang guru. Tapi saya tidak tertarik, karena lebih memilih jadi eksekutif, pebisnis,” sebutnya.
Melihat keteguhan hati Mulyono muda, orangtuanya merestui pilihannya untuk berkarir di pegadaian. “Orang tua akhirnya memberi pilihan akhir pada saya, yang penting selalu ingat sama agama,” sebutnya.
Mulailah dirinya berkarir sebagai pegawai biasa di Salatiga, Jawa Tengah, selama empat tahun. Setelah itu dirinya mengalami pengembangan karir dan mutasi.
“Saya pernah bertugas 1991-2005 di Jawa. Kalimantan Timur sejak 2005-2010. Terus di Jakarta 2011-2012, lalu di Riau sejak 5 Juli 2012 sampai sekarang,” urainya.
Meskipun kerap berpindah tempat tak membuat Mulyono beban. “Tidak menjadi beban, karena istri saya selalu menemani kemana pun. Sehingga selalu ada tempat berbagi cerita dan bertukar pikiran,” tambahnya.
Di pegadaian, lulusan S2 di Universitas Jenderal Sudirman ini merasakan kedekatan dengan masyarakat. “Kedekatan dengan masyarakat sangat terasa. Terus juga di Pegadaian karyawan sudah sangat akrab, kerapatannya lebih, dan kekeluargaan terasa,” sebutnya.
Untuk itu dirinya selalu berkomitmen untuk menjadikan Pegadaian sahabat bagi masyarakat dalam menyelesaikan masalah tanpa masalah. Tentang kesuksesan bagi Mulyono bukan diukur dari nilai materil yang didapat, melainkan kemampuan meregenarisasi kesuksesan perusahaan ke pemimpin selanjutnya. “Intinya, bersama-sama maju dalam mengembangkan kompetensi diri, dan di pegadaian jenjang karir tersebut sangat terbuka lebar,” sebutnya. (riki)