BERTUAHPOS.COM, JAKARTA –PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memperoleh utang dari 6 bank senilai US$200 juta, yang dinilai oleh analis sangat rentan bagi kinerja fundamental perusahaan.
Analis Pasar Modal Yanuar Rizky menilai skema pinjaman berdenominasi dolar Amerika Serikat yang dilakukan oleh Garuda Indonesia tidak mempertimbangkan kinerja fundamental perusahaan.
Menurutnya, Garuda hanya memikirkan dana pinjaman harus berbentuk dolar AS yang akan digunakan untuk pembelian pesawat dengan denominasi yang sama.
Padahal, pendapatan Garuda sebagian besar dalam bentuk rupiah sehingga dikhawatirkan akan terjadi rugi kurs dalam melakukan pembayarannya kelak.
Sebagai perusahaan publik, Garuda dinilai lebih mudah mendapatkan dana pinjaman asing yang berasal dari quantitative easing. Namun, Bank Indonesia sendiri telah menghawatirkan peningkatan utang luar negeri perusahaan swasta yang terus membengkak dapat berdampak terhadap nilai tukar.
“Sebetulnya kalau seperti ini, ada dua pilihan, mengenjot pendapatan organik atau technical hedging,” jelasnya, Rabu (2/7/2014).
Seperti dipublikasikan Bloomberg, 6 bank secara resmi mengucurkan dana pinjaman untuk Garuda Indonesia. Keenam bank tersebut a.l. PT Bank Pan Indonesia Tbk., Dubai Islamic Bank, Emirates NBD, First Gulf Bank, Standard Chartered dan Warba Bank ditunjuk sebagai arranger.
Pencairan dilakukan pada 30 Juni 2014 dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun. Pinjaman tersebut terbagi ke dalam dua tahap yakni US$110 juta dan US$90 juta.
Disebutkan bahwa selain untuk ekspansi bisnis, dana pinjaman tersebut juga akan digunakan untuk melunasi utang jatuh tempo pada tahun ini sebesar US$120 juta.(Bisnis)